Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangat Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Presiden Jokowi

Kompas.com - 29/06/2022, 15:52 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pangat (52) asal Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, nekat berjalan kaki dari Lumajang menuju Jakarta.

Aksi jalan kaki ia lakukan karena dia merasa aspirasinya dan warga Sumberwuluh yang terdampak erupsi Gunung Semeru tidak didengar oleh pemerintah kabupaten setempat.

Misinya berjalan kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo menyalurkan aspirasi langsung karena ia merasa aspirasinya tak digubris oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang.

Pangat menuturkan, pada Desember 2021, Gunung Semeru mengalami erupsi dan berdampak ke rumah warga karena aliran lahar di Sungai Regoyo tertutup oleh tanggul yang dibangun oleh penambang di Lumajang.

Baca juga: Mau Kabur ke Yogyakarta, Terpidana Buron Kasus Penggelapan Bisnis Material Bangunan Rp 559 Juta Ditangkap di Bakauheni

Pangat berjalan menggunakan kaos, sandal jepit, dan menggendong ransel berisi bekal makanan saat jalan kaki.

Dia berangkat dari Lumajang pada Selasa (21/6/2022) lalu pukul 02.30 WIB.

Saat berangkat dari Lumajang, ia ditemani oleh satu orang kawannya bernama Masbud, menyusuri rute Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo Surabaya, Krian, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Solo dan akhirnya singgah di Yogyakarta.

Ia mengaku nekat jalan kaki dari Lumajang ke Jakarta karena keputusasaan, selama ini aspiras warga tidak ditindak lanjuti oleh pemerintah kabupaten setempat.

"Kalau saya kepikiran jalan kaki karena putus asa, karena saya menuntut keadilan di daerah kami di Pemerintahan Lumajang itu enggak ada tanggapan sama sekali. Jadi, untuk itu saya putus asa lebih baik saya mau jalan kaki ke langsung ke presiden," kata Pangat, saat ditemui di Tugu Pal Putih, Kota Yogyakarta, pada Rabu (29/6/2022).

Ia bercerita yang mendasari dia nekat jalan kaki ke Jakarta adalah pada Desember 2021 lalu terjadi erupsi Gunung Semeru.

Lahar dingin dari erupsi tersebut melalui Sungai Regoyo, karena ada tanggul yang dibangun secara melintang lahar dingin luber ke rumah-rumah warga hingga merusak pemukiman warga.

Selain bersama rekannya Masbud, saat sampai di Yogyakarta, satu rekannya Nurkholik menyusul untuk menemani berjalan kaki dari Yogyakarta menuju Jakarta.

Selama perjalanan dari Lumajang ke Yogyakarta, Pangat mengalami berbagai macam rintangan, seperti kaki merasa panas, keram hingga merasa sakit pada bagian kaki.

Saat hujan, Pangat dan Masbud berteduh di teras-teras toko.

Usia yang tak lagi muda tak menyurutkan semangat Pangat saat berjalan demi dapat menyampaikan keluhan ke Presiden Jokowi secara langsung.

"Kadang-kadang ya sakit kaki ini. Ya panas, keram juga. Jalan kaki cuma pakai sandal jepit, celana pendek. Hujan berteduh. Di Madiun sempat bernaung di teras toko. Masbud menemani dari Lumajang, lalu Nurkholik nyusul saat di Yogyakarta," kata dia.

 

Pangat yang sehari-hari bekerja sebagai petani kopi ini saat malam tidur di lantai mushala. Terkadang, jika di sebuah kota memiliki kerabat, ia mampir untuk beristirahat sejenak.

"Kalau tidur kadang-kadang ya ada di mushala, kadang ada saudara yang di Kertosono itu sempat singgah numpang istirahat sambil mandi-mandi. Lalu jalan lagi," kata dia.

Tak banyak bekal yang dibawa olehnya, bekal makanan dan minuman ia perkirakan hanya bisa sampai di Yogyakarta.

Baca juga: Nama Kampung di Yogyakarta yang Berasal dari Nama Dalem Pangeran dan Bangsawan Keraton

Setelahnya ia hanya bisa berharap bantuan dari warga atau rekan-rekannya.

"Saya keluar dari rumah ya bawalah bekal untuk persiapan ya kayak makan, minum memang saya bekal cuma enggak banyak. Cukup untuk di Yogya saja," ujar dia.

Jika perjalanan lancar tak ada halangan, ia menargetkan sampai di Ibu Kota 6 hari ke depan.

"Mungkin kalau tidak ada halangan hujan, kita kaki enggak sakit, mungkin 6 hari lagi sudah sampai Jakarta," ujar dia.

Ingin bertemu Jokowi

Pangat berharap saat sampai di Jakarta ia bisa bertemu dengan presiden dan menyampaikan aspirasinya langsung dan dapat ditindaklanjuti.

Salah satu rekannya, Nurkholik yang juga Ketua Paguyuban Peduli Semeru mengatakan, tanggul dibangun melintang sepanjang sungai dengan tinggi yang sama dengan tanggul pengaman.

"Jadi kalau ini (aliran sungai) tidak kuat menahan ini akan jebol ke pemukiman. Melintang menutup aliran sungai. Tujuan untuk memudahkan mereka ambil pasir dan juga agar tidak bercampur dengan batu-batu besar pasirnya itu. Tingginya kisaran 4 sampai 5 meter," ujar dia.

Akibatnya, saat Gunung Semeru Erupsi aliran lahar dingin tidak dapat mengalir ke sungai justru meluber ke pemukiman warga.

"Saat erupsi itu aliran lava itu tidak mengalir di sungai jadi lava itu lebih memilih meluber ke samping dan menimbun kampung kami atau dusun kami," kata dia.

Sebelum ada tanggul yang dibangun oleh para penambang kejadian ini belum pernah dialami warga.

 

Ia mencontohkan pada tahun 1994 saat tidak ada kegiatan penambangan rumah warga tetap aman tidak terkena dampak.

"Seperti contohnya tahun 1994 itu kan enggak ada kegiatan pertambangan. Jadi, erupsi itu langsung mengarah ke laut begitu dan hal itu sekali lagi saya tegaskan pada 23 Februari 2021 artinya jauh sebelum erupsi kami sudah melaporkan ke Pemkab dan juga pihak terkait," kata dia.

Baca juga: Dugaan Kecurangan UTBK SBMPTN, Rektor UPN Veteran Yogyakarta Bantah Panitia Terlibat

Akibat terjangan lahar dingin itu memakan korban jiwa seperti di Desa Sumberwulu, Dusun Kamarkajang, 3 orang, Kebonagung 5 orang, dan kampung renteng 11 orang ditambah 3 orang di Kajarkuning.

Saat erupsi, pasir menerjang masuk dan mengakibatkan rumahnya terendam dan saat ini tertimbun material seperti pasir dan batu besar.

"Rumah kami itu tenggelam seperti rumah Pak Pangat Misalnya ini sudah hancur dan baru bisa ditempati baru-baru ini karena beliau renovasi. Jadi, hancur Dusun Kamarkajang, hancur," ujar dia.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq mempersilakan warganya untuk menemui Presiden Joko Widodo dengan berjalan kaki.

Menurutnya, hal itu adalah bagian dari kebebasan menyampaikan pendapat.
Seperti diketahui, sebanyak tiga orang warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, nekat berjalan kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk bertemu Presiden Joko Widodo.

Aksi jalan kaki yang dilakukan Pangat (52), Nur Kholik (41), dan Masbud (36), itu dilatarbelakangi oleh masalah pertambangan pasir di Desa Sumberwuluh.

Mereka menganggap ada human error dan perusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan pasir.

Hal itu disebut sebagai penyebab desanya terpendam material pasir saat Gunung Semeru erupsi pada awal Desember 2021.

Dia meragukan argumentasi warganya yang menyebut bahwa dampak erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada awal Desember 2021 diperparah oleh aktivitas tambang.

Thoriq menyebut, material vulkanik yang keluar dari kawah Gunung Semeru sangat banyak sehingga menyebabkan permukiman warga di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tertimbun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyair Joko Pinurbo Dimakamkan di Sleman, Karyanya Terus Abadi

Penyair Joko Pinurbo Dimakamkan di Sleman, Karyanya Terus Abadi

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Gibran Bantah Gabung ke Partai Golkar

Gibran Bantah Gabung ke Partai Golkar

Yogyakarta
Nonton Ruwatan Gelaran Wayang Kulit Bareng Gibran, Apa Kata Yusril?

Nonton Ruwatan Gelaran Wayang Kulit Bareng Gibran, Apa Kata Yusril?

Yogyakarta
Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Butet: Kehilangan Sedulur Sinorowedi

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Butet: Kehilangan Sedulur Sinorowedi

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Yogyakarta
Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Yogyakarta
Diburu Usai Curi Panci dan Tabung Gas, Residivis Ini Malah Ditemukan di Tahanan

Diburu Usai Curi Panci dan Tabung Gas, Residivis Ini Malah Ditemukan di Tahanan

Yogyakarta
Ada Kades yang Ikut Penjaringan Bacawabup di Partai Golkar, Apdesi Bantul Minta Anggotanya Netral

Ada Kades yang Ikut Penjaringan Bacawabup di Partai Golkar, Apdesi Bantul Minta Anggotanya Netral

Yogyakarta
Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Yogyakarta
Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Yogyakarta
Tak Mau 'Snack Lelayu' Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Tak Mau "Snack Lelayu" Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com