KULON PROGO, KOMPAS.com – Kesederhanaan hidup Buya Ahmad Syafii Maarif terus menginspirasi berbagai kalangan. Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah, Khoiruddin Basori mengingat kembali tiap kisah yang menggambarkan kesederhanaan itu.
Salah satunya usai Buya ditabrak motor sebelum Covid-19 melanda negeri ini. Buya naik bus ke suatu masjid yang marbotnya hendak diumrohkan. Di situ Buya tertabrak motor ketika turun dari bus kota.
Buya pun harus masuk rumah sakit akibat peristiwa itu. Beberapa teman Buya lantas berinisiatif menyediakan sopir tapi ditolak.
“Kami matur, kami ingin menyediakan sopir. Dia bilang, terima kasih, nanti saja kalau saya sudah invalid (lemah atau cacat),” kata Khoiruddin mengingat kisah itu.
Baca juga: FX Rudy Sebut Buya Syafii Maarif Tak Pernah Punya Kepentingan Pribadi
Khoiruddin mengakui kemandirian kuat Buya di tengah usia senja itu mengagumkan. Ia masih menyetir mobil sendiri. Bahkan mencuci mobil sendiri, belanja hingga membersihkan rumah.
“Itu semua mengesankan saya,” kata Khoiruddin ditemui usai pemakaman Buya.
Cara Buya Syafii Maarif menegur generasi yang lebih muda juga sederhana tapi mengena. Khoiruddin mengingat lagi bagaimana titik balik hidupnya berubah dari mahasiswa yang kuliahnya berantakan lantas terpacu menyelesaikan kuliah.
“Saya aktivis. Kuliah tengah berantakan. Buya bilang, kalau jenius tidak usah selesaikan. Kalau biasa-biasa seperti saya maka selesaikan. Saya pulang bersemangat dan menyelesaikan kuliah beberapa bulan kemudian,” kata Khoiruddin.
Kesederhanaan itu ternyata dibawa hingga ke liang lahat. Buya berkeinginan dimakamkan di tempat makam yang dikelola Muhammadiyah. Kuburan itu berada di Pedukuhan Dukuh, Kalurahan Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo.
Padahal menurut Menkopolhukam Mahfud MD, Buya bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan karena bintang jasa dan penghargaan yang diperolehnya. Namun, keluarga mengingat pesan Buya ingin dimakamkan di Husnul Khotimah.
“Sebelum Ramadhan kemarin, Buya sudah berpesan kepada keluarga untuk bisa dimakamkan di sini,” kata Khoiruddin.
Buya dimakamkan di Husnul Khotimah pada Jumat (27/5/2022), sore. Jenazah Buya tiba di sana pukul 16.10 WIB.
Jenazah langsung dimakamkan secara sederhana ke liang tanpa ada upacara. Setelah berdoa bersama, keluarga langsung menabur bunga lalu pulang.
Komplek kuburan seluas 1 hektare itu baru berdiri sejak 2021. Sebelumnya, sudah ada 25 makam tokoh Muhammadiyah hingga para cendikia muslim.
Tetangga Buya Syafii Maari, Heru Dwi Antoro (58) mengungkapkan, mantan Ketua Umum Muhammadiyah itu sejatinya keluarga berada. Namun Buya memilih tinggal sederhana di Perumahan Nogotirto.
Di komplek perumahannya, Buya sering terlihat olahraga sepeda. Meskipun lebih sering ditemui Buya mendorong sepeda karena usinya yang renta.
Buya juga memilih melayani dirinya sendiri. Bahkan mengambil payung saat hujan gerimis untuk istrinya turun mobil.
“Dan ia suka pakai sandal dari kayu yang ada bunyinya,” kata Heru Dwi.
Kesederhanaan Buya terus terekam di benak tetangga dan teman-temannya. Mereka turut sedih dan merasa kehilangan.
Terlihat tetangga dan teman-temannya mengantar kepergian Buya hingga peristirahatannya yang terakhir di Makam Husnul Khotimah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.