YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berdiri diapit jalan dan permukiman warga, Masjid Sunan Kalijaga tampak masih kokoh di Padukuhan Blimbing, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Masjid tersebut memiliki bagian depan seperti masjid pada umumnya, tetapi memasuki bagian dalam khususnya di depan mimbar terdapat 4 tiang berbahan kayu.
Pada bagian atas masjid tampak lain dari masjid kebanyakan yang biasanya berbentuk bulan sabit dan bintang, tetapi berbentuk mahkota (mustaka) yang terbuat dari tanah liat.
Baca juga: Petilasan Sunan Kalijaga di Cirebon dan Legenda Santri Dikutuk Jadi Kera
"Cerita dari simbah saya, Masjid Sunan Kalijaga ini peninggalan Sunan Kalijaga. Karena rentetannya dengan adanya petilasan Kembang Lampir (tempat turunnya wahyu Mataram) yang berada di sebelah utara Masjid," kata Pamong Kalurahan Girisekar, Nanang Rudi saat ditemui di Masjid Sunan Kalijaga, Selasa (12/4/2022).
Dikatakannya, masjid ini masih digunakan untuk jemaah dari 4 RT di Padukuhan Blimbing.
Awalnya, bentuk masjid tersebut dahulu masih menggunakan dinding bambu dan masih berlantai tanah, dan saat ini sudah dipugar menggunakan dinding batu bata pada 1984.
"Dinamakan Masjid Sunan Kalijaga karena yang mendirikan (masjid) Sunan Kalijaga," ucap dia.
"Dari cerita simbah itu dari awal berdirinya Masjid ini ya itu mustakanya sampai sekarang. Mustaka itu dari gerabah, tanah liat," kata Nanang.
Begitu pula dengan bedug yang menggunakan kulit asli sebagai tempat tabuhannya.
Baca juga: Sunan Kalijaga, dari Brandalan hingga Berdakwah lewat Wayang
"Kalau empat tiang di dekat mimbar itu bentuk rehaban, begitu pula dengan bedug. Bedug buatan tahun 1962," katanya.
Tak lama setelah bercerita, datang Ketua Takmir Masjid Sunan Kalijaga Anwar Samidi.
Mengenakan kopiah hitam, baju koko, sarung dengan motif kotak-kotak cokelat putih, sambil membawa dokumen mengenai renovasi masjid.
Di dalamnya pun terdapat sejarah berdirinya masjid. "Dulu, ukuran masjid 4x4 meter persegi. Dinding gedek (anyaman bambu)," kata Anwar.
Masjid tersebut masih ada hubungan dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bahkan, saat pemugaran biayanya berasal dari Keraton, pada tahun 1984.
"(Untuk pemugaran) bantuan Keraton Rp 2,5 juta, masih ingat saya uang itu saya ambil secara bertahap dan dihabiskan semua untuk pembangunan Masjid," ucap Anwar.
Baca juga: Masjid Kalipasir Tangerang dan Cerita soal Pilar Pemberian Sunan Kalijaga