Lengger Lanang Banyumasan merupakan kesenian ronggeng dari Banyumas dengan penari laki-laki namun dirias seperti perempuan.
Sedangkan Tari Lengger Dieng ditarikan oleh penari laki-laki dan perempuan yang membawa suatu cerita atau kisah.
Salah satu ciri khas Tari Lengger adalah kisah yang dibawakan oleh para penari saat pementasan.
Pada mulanya, tarian ini mengisahkan tentang kisah asmara Putri Sekar Taji dan Panji Asmara Bangun.
Namun pada perkembangannya, tarian ini turut membawakan kisah-kisah lain yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Ciri lain tarian ini adalah adanya beberapa babak dalam pementasan, yang masing-masing babak memiliki makna tersendiri.
Tari Lengger Dieng biasa dipentaskan di arena terbuka dan pada malam hari sekitar pukul 20.00-24.00.
Sebelum pementasan, biasanya akan diawali dengan karawitan gending Patalon sebagai tanda dimulainya acara.
Kemudian disusul dengan tembang Babadono, yang diiringi dengan ritual sesaji untuk menolak bala.
Gerakan demi gerakan dalam tarian tradisional sangat beragam dan memiliki makna tersendiri.
Seperti gerak Majeg yang berarti kemantapan dalam melakukan gerakan.
Lalu Egolan yang melambangkan keerotisan wanita, lembehan lambang sikap pasrah kepada Tuhan.
Kemudian gerak untal tali lambang pertentangan baik dan buruk, kipatan lambang kewaspadaan.
Berikutnya gerak penthangan lambang penyatuan tujuan, hingga gerak seblak sampur yang melambangkan menghalau unsur negatif.
Baca juga: Tari Tiban, Tradisi Masyarakat Tulungagung Meminta Hujan
Tari Lengger Dieng diawali dengan pertunjukan kuda kepang yang dibawakan 4-10 penari laki-laki.