Salin Artikel

Tari Lengger Dieng: Asal-usul, Gerakan, hingga Tahap Pementasan

Tari Lengger Dieng memiliki ciri khas yaitu membawakan suatu kisah tertentu, mulai dari percintaan hingga keluarga.

Tarian tradisional ini umumnya dipentaskan saat acara tertentu seperti pernikahan, sunatan, atau ruwatan rambut gimbal Dieng.

Sejarah Tari Lengger Dieng

Secara etimologi, lengger merupakan kata yang digunakan untuk menyebutkan suatu pertunjukan.

Lengger sendiri artinya tledhek atau penari laki-laki.

Dalam konteks kesenian ini, Tari Lengger merupakan seni pertunjukan rakyat yang ditampilkan oleh dua orang perempuan.

Pada mulanya Tari Lengger Dieng diciptakan sebagai sebuah ritual bersih desa dan tolak bala.

Kesenian ini sudah dikenal sejak lama, bahkan dalam satu catatan disebutkan pernah digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga.

Meski sudah berusia tua, kesenian ini terus bertahan dan lestari hingga zaman modern seperti saat ini.

Salah satu sebabnya adalah kemampuan masyarakat di Desa Kecis, Selomerto, Wonosobo dalam menginovasikan tarian.

Buktinya, saat ini kesenian lengger tidak hanya berfungsi sebagai ritual namun juga tarian hiburan rakyat.

Lengger sebagai Tari Lengger atau Tari Topeng Lengger dirintis oleh Bapak Gondowinangun pada tahun 1910.

Dalam perkembangannya, tarian tradisional ini dipentaskan oleh dua penari, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Perbedaan Tari Lengger Dieng dengan Lengger Lanang terletak pada penarinya.

Lengger Lanang Banyumasan merupakan kesenian ronggeng dari Banyumas dengan penari laki-laki namun dirias seperti perempuan.

Sedangkan Tari Lengger Dieng ditarikan oleh penari laki-laki dan perempuan yang membawa suatu cerita atau kisah.

Salah satu ciri khas Tari Lengger adalah kisah yang dibawakan oleh para penari saat pementasan.

Pada mulanya, tarian ini mengisahkan tentang kisah asmara Putri Sekar Taji dan Panji Asmara Bangun.

Namun pada perkembangannya, tarian ini turut membawakan kisah-kisah lain yang sesuai dengan kondisi masyarakat.

Ciri lain tarian ini adalah adanya beberapa babak dalam pementasan, yang masing-masing babak memiliki makna tersendiri.

Tari Lengger Dieng biasa dipentaskan di arena terbuka dan pada malam hari sekitar pukul 20.00-24.00.

Sebelum pementasan, biasanya akan diawali dengan karawitan gending Patalon sebagai tanda dimulainya acara.

Kemudian disusul dengan tembang Babadono, yang diiringi dengan ritual sesaji untuk menolak bala.

Gerakan Tari Lengger Dieng

Gerakan demi gerakan dalam tarian tradisional sangat beragam dan memiliki makna tersendiri.

Seperti gerak Majeg yang berarti kemantapan dalam melakukan gerakan.

Lalu Egolan yang melambangkan keerotisan wanita, lembehan lambang sikap pasrah kepada Tuhan.

Kemudian gerak untal tali lambang pertentangan baik dan buruk, kipatan lambang kewaspadaan.

Berikutnya gerak penthangan lambang penyatuan tujuan, hingga gerak seblak sampur yang melambangkan menghalau unsur negatif.

Pementasan Tari Lengger Dieng

Tari Lengger Dieng diawali dengan pertunjukan kuda kepang yang dibawakan 4-10 penari laki-laki.

Berikutnya ada penyajian gending atau lagu tolak balak, yaitu gending Panggeran dan Lempung Gunung.

Kemudian tokoh yang dituakan akan membakar kemenyan yang disusul gambyong lengger yang ditarikan 2-6 penari perempuan.

Setelah prosesi itu selesai, maka akan masuk pada inti acara itu Lenggeran.

Lenggeran ini akan diiringi oleh 20 gending dan menjadi puncak pementasan dengan masuknya penari lengger laki-laki dan perempuan.

Gending yang mengiringi antara lain Gending Sulasih, Kinayakan, Sontoloyo, Menyan Putih, Kebogiro, Gondhang Keli, hingga Jangkrik Genggong.

Penari Lengger secara umum akan dirias berdasarkan karakter pada kisah yang dibawakan.

Selain itu, penari juga akan menggunakan topeng sehingga tarian ini disebut Tari Topeng Lengger.

Sumber:
ISI.ac.id

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/27/185819178/tari-lengger-dieng-asal-usul-gerakan-hingga-tahap-pementasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke