Berdasarkan penelitian para ahli Paleografi, Huruf Jawi atau Arab Melayu sudah dikenalkan sejak abad ke-11 Masehi.
Buktinya terrdapat pada Prasasti Leran yang berupa batu nisan seorang “anak perempuan Maimun” di Jawa Timur yang berangka tahun 1082.
Sementara, Huruf Pegon sendiri belum ada data pasti kapan mulai berkembang di Tanah Jawa.
Namun ada tiga pendapat yang mengemukakan tentang mulai berkembangnya Huruf Pegon ini, yaitu:
Baca juga: Biografi Daeng Pamatte, Penemu Aksara Lontara
Huruf Pegon dikembangkan dengan tujuan utama untuk memudahkan para ulama untuk menyebarkan ajaran Islam.
Pada perkembangannya, Huruf Pegon tidak hanya untuk menuliskan ajaran agama, namun juga menuliskan hal lain seperti sastra, tembang, surat menyurat, dan sebagainya.
Berikut beberapa fungsi Huruf Pegon:
- Penulisan teks keagamaan
Tidak dapat dipungkiri, pengembangan Huruf Pegon sangat erat kaitannya dengan kegiatan dakwah Islam.
Maka tidak heran banyak karya-karya keagamaan dari para ulama zaman dulu yang ditulis dengan menggunakan Huruf Pegon.
Salah satu karya yang menggunakan Huruf Pegon adalah kitab Tasyrihah al Muhtaj yang ditulis pada tahun 1900 Masehi.
- Penulisan teks sastra
Berikutnya Huruf Pegon digunakan untuk menuliskan teks-teks sastra di masa lalu.
Beberapa karya sastra yang dituliskan dengan Huruf Pegon, antara lain Layang Carios Samud Kagungan Kraton Kacirebonan, Carub Kandha Carang Status, Waosan Bujang Genjong, dan sebagainya.
Baca juga: Sejarah Aksara Bali dan Jenisnya
- Penulisan surat menyurat