Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Dosen UGM soal Rencana Ekspor 1.500 Monyet Ekor Panjang untuk Keperluan Biomedis

Kompas.com - 24/01/2022, 06:00 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Permasalahan tersebut, menurut Wisnu, terjadi karena ada beberapa kemungkinan penyebab.

Pertama, terganggunya habitat monyet ekor panjang.

Kedua, kemungkinan jumlah monyet ekor panjang sudah over populasi sehingga sumber makanan di habitatnya tidak lagi mencukupi.

"Tapi memang merebak di mana-mana di Bantul, Gunungkidul, itu sudah overpopulasi, 2021 itu sudah overpopulasi. Sudah banyak cerita-cerita dari teman-teman LSM-LSM lokal yang menemukan masalah konflik monyet ekor panjang dengan masyarakat," tegasnya.

Baca juga: Suku Baduy Bantu Tangkap Puluhan Monyet Ekor Panjang di Gunungkidul

Peristiwa monyet ekor panjang masuk ke pertanian ataupun ke permukiman penduduk di DIY, lanjut Wisnu, sudah lama terjadi.

Dahulu monyet ekor panjang yang masuk ke pertanian atau ke permukiman penduduk jumlahnya tidak sebanyak sekarang.

"Dulu tidak seperti ini, ya adalah satu dua itu biasa, dikasih makan pergi. Ini mereka sudah tidak takut sampai ke dapur mengambil makanan, di kebun itu jagung diambil, kacang diambil, pisang apalagi habis-habisan," urainya.

Wisnu yang juga merupakan Dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM ini mengungkapkan, salah satu yang dikhawatirkan dari masuknya primata dalam hal ini monyet ekor panjang ke permukiman penduduk adalah bisa membawa penyakit yang dapat menular ke manusia.

"Nah, yang berbahaya kemungkinan bisa membawa malaria. Malaria pada primata kera ekor panjang namanya Plasmodium knowlesi, itu sangat patogen kalau menyerang ke manusia, kasus di Aceh, di Kalimantan Selatan, di NTB itu banyak," ungkapnya.

"Jadi itu melalui vektornya kan nyamuk gigit darah kemudian menular ke manusia. Jadi kalau dia (monyet ekor panjang) turun ke permukiman ada nyambuk yang ikut ditubuhnya, bisa jadi nyamuk tinggal di rumah-rumah itu kemudian menular ke masyarakat, itu yang perlu diwaspadai," ucapnya.

Baca juga: Wisatawan Dilarang Memberi Makanan ke Monyet Ekor Panjang di Danau Kelimutu, Ini Alasannya

Kondisi kelebihan populasi ini perlu segera dilakukan penanganan agar tidak semakin banyak menimbulkan konflik dengan masyarakat.

Penanganan dilakukan secara terpadu, tidak hanya BKSDA.

"Iya (kelebihan populasi) ini sudah warning, kalau tidak ada penanganan terpadu, saya yakin kalau hanya BKSDA tidak mampu. Harus terpadu satu dari BKSDA sebagai leader, kedua pemda, masyarakat itu penting sekali, perguruan tinggi, kemudian stakeholder yang misalnya mau memanfaatkan untuk kemanfaatan itu misalnya investor untuk wisata, investor untuk diekspor," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Yogyakarta
Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Yogyakarta
Diburu Usai Curi Panci dan Tabung Gas, Residivis Ini Malah Ditemukan di Tahanan

Diburu Usai Curi Panci dan Tabung Gas, Residivis Ini Malah Ditemukan di Tahanan

Yogyakarta
Ada Kades yang Ikut Penjaringan Bacawabup di Partai Golkar, Apdesi Bantul Minta Anggotanya Netral

Ada Kades yang Ikut Penjaringan Bacawabup di Partai Golkar, Apdesi Bantul Minta Anggotanya Netral

Yogyakarta
Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Yogyakarta
Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Yogyakarta
Tak Mau 'Snack Lelayu' Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Tak Mau "Snack Lelayu" Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Yogyakarta
Terdapat 3 Sengketa Pemilu, Penetapan Anggota Legislatif di DIY Terancam Mundur

Terdapat 3 Sengketa Pemilu, Penetapan Anggota Legislatif di DIY Terancam Mundur

Yogyakarta
Muncul dalam Penjaringan PDI Perjuangan, Soimah Tidak Bersedia Maju Pilkada

Muncul dalam Penjaringan PDI Perjuangan, Soimah Tidak Bersedia Maju Pilkada

Yogyakarta
Lansia di Kulon Progo Dibacok Residivis yang Cemburu Buta

Lansia di Kulon Progo Dibacok Residivis yang Cemburu Buta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Pelihara Buaya dari Sekecil Tokek Kini 2 Meter, Pemilik Ngeri dan Serahkan ke BKSDA Yogyakarta

Pelihara Buaya dari Sekecil Tokek Kini 2 Meter, Pemilik Ngeri dan Serahkan ke BKSDA Yogyakarta

Yogyakarta
Saat Bansos Jelang Pilkada Jadi Perhatian Khusus KPU DIY...

Saat Bansos Jelang Pilkada Jadi Perhatian Khusus KPU DIY...

Yogyakarta
Pembebasan Lahan di IKN, AHY: Tidak Boleh Asal Gusur

Pembebasan Lahan di IKN, AHY: Tidak Boleh Asal Gusur

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com