Wisnu menjelaskan, ada berbagai metode yang bisa dilakukan untuk mencegah monyet ekor panjang tidak masuk ke area pertanian dan permukiman penduduk.
Bisa dengan menanam tanaman buah di habitat alamnya yang dapat menyediakan sumber makanan bagi monyet ekor panjang, sehingga tidak masuk ke pertanian ataupun permukiman penduduk.
Metode lain yang bisa digunakan misalnya konservasi secara alami dengan membuat satu kawasan wisata.
"Wisatawan memberi makan ditempat tertentu, misalnya kita bayar tiket Rp 5.000, nah yang Rp 2.000 untuk beli pakannya, tapi ngasih makanya di sana tidak boleh sembarangan. Nah, dia akan terbisa makan di situ di habitatnya. Artinya, membuat satu program konservasi yang berbasis pada kearifan lokal, kearifan lokal si satwa liar itu," ucapnya.
Baca juga: 4 Anak di Pandeglang Diserang Monyet Ekor Panjang
Kemudian, bisa juga menggunakan metode melakukan kastrasi atau kebiri.
Metode ini dengan tujuan pejantan menjadi mandul untuk mengurangi tingkat kebuntingan betina.
"Jantan ditembak bius, kemudian dikastrasi, mandul kan. Tapi itu perlu biaya untuk obat bius," tegasnya.
Ekspor untuk keperluan biomedis, lanjut Wisnu, juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengendalikan populasi monyet ekor panjang.
Namun demikian, ekspor untuk keperluan biomedis juga tidak mudah. Ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.
"Tapi permasalahannya kan tidak semudah itu. Untuk memenuhi kriteria ekspor standarnya cukup ketat, mulai dari umur, ukuran, lalu sudah harus divaksin, harus bebas dari penyakit baru bisa diekspor," tuturnya.
Baca juga: Monyet Ekor Panjang Gunung Ciremai Ditangkapi karena Overpopulasi dan Kurang Pakan
Wisnu menilai 1.500 ekor merupakan jumlah yang banyak, sedangkan menangkap monyet ekor panjang bukanlah perkara yang mudah.
Monyet ekor panjang merupakan satwa yang cerdas dan mempunyai daya ingat yang kuat.
Setelah ada yang tertangkap, mereka akan tahu dan menjauhi perangkap yang dipasang.
Mereka juga akan cenderung berpindah tempat untuk mencari lokasi yang dianggap aman.
"Mereka itu pintar, yang terakhir itu kita pakai perangkap umpanya pisang, buah-buahan, umpanya diambil perangkapnya tetap terbuka, artinya kan cerdas. Jadi penangkapan, apalagi kalau jumlahnya 1.500 itu tentu tidak mudah dan upaya itu memang agak sulit dari segi praktiknya," tegasnya.