Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Dosen UGM soal Rencana Ekspor 1.500 Monyet Ekor Panjang untuk Keperluan Biomedis

Kompas.com - 24/01/2022, 06:00 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Wisnu menjelaskan, ada berbagai metode yang bisa dilakukan untuk mencegah monyet ekor panjang tidak masuk ke area pertanian dan permukiman penduduk.

Bisa dengan menanam tanaman buah di habitat alamnya yang dapat menyediakan sumber makanan bagi monyet ekor panjang, sehingga tidak masuk ke pertanian ataupun permukiman penduduk.

Metode lain yang bisa digunakan misalnya konservasi secara alami dengan membuat satu kawasan wisata.

"Wisatawan memberi makan ditempat tertentu, misalnya kita bayar tiket Rp 5.000, nah yang Rp 2.000 untuk beli pakannya, tapi ngasih makanya di sana tidak boleh sembarangan. Nah, dia akan terbisa makan di situ di habitatnya. Artinya, membuat satu program konservasi yang berbasis pada kearifan lokal, kearifan lokal si satwa liar itu," ucapnya.

Baca juga: 4 Anak di Pandeglang Diserang Monyet Ekor Panjang

Kemudian, bisa juga menggunakan metode melakukan kastrasi atau kebiri.

Metode ini dengan tujuan pejantan menjadi mandul untuk mengurangi tingkat kebuntingan betina.

"Jantan ditembak bius, kemudian dikastrasi, mandul kan. Tapi itu perlu biaya untuk obat bius," tegasnya.

Ekspor untuk keperluan biomedis, lanjut Wisnu, juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengendalikan populasi monyet ekor panjang.

Namun demikian, ekspor untuk keperluan biomedis juga tidak mudah. Ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.

"Tapi permasalahannya kan tidak semudah itu. Untuk memenuhi kriteria ekspor standarnya cukup ketat, mulai dari umur, ukuran, lalu sudah harus divaksin, harus bebas dari penyakit baru bisa diekspor," tuturnya.

Baca juga: Monyet Ekor Panjang Gunung Ciremai Ditangkapi karena Overpopulasi dan Kurang Pakan

Wisnu menilai 1.500 ekor merupakan jumlah yang banyak, sedangkan menangkap monyet ekor panjang bukanlah perkara yang mudah.

Monyet ekor panjang merupakan satwa yang cerdas dan mempunyai daya ingat yang kuat.

Setelah ada yang tertangkap, mereka akan tahu dan menjauhi perangkap yang dipasang.

Mereka juga akan cenderung berpindah tempat untuk mencari lokasi yang dianggap aman.

"Mereka itu pintar, yang terakhir itu kita pakai perangkap umpanya pisang, buah-buahan, umpanya diambil perangkapnya tetap terbuka, artinya kan cerdas. Jadi penangkapan, apalagi kalau jumlahnya 1.500 itu tentu tidak mudah dan upaya itu memang agak sulit dari segi praktiknya," tegasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Yogyakarta
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Yogyakarta
Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta
Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Yogyakarta
Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Yogyakarta
Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Yogyakarta
Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com