Karena situasi itulah Su dan A kemudian mengambil keputusan sendiri.
Mulai dari memberanikan diri memotong ari-ari, memandikan ala kadarnya jabang bayi, membersihkan noda dan menolong Atun lalu dilarikan ke rumah sakit.
Termasuk pula mengubur bayi itu karena dianggap sudah mati hany dilihat dari tidak bergerak.
“(Saya) masuk, bayi itu tidak gerak dan (tidak) menangis. Pucat sekali. (Atun) dia lemas sekali, pucat, lemas, mudah pingsan,” kata Su, Desember lalu.
Su mengingat lagi masa lalu, di mana Atun pulang dari Batam, belum lama. Ia langsung bekerja di bengkel kerajinan milik kakaknya.
Tubuh Atun terlihat semakin gemuk selama di rumah. Su mengaku tidak curiga. Ia menganggap perubahan itu hal wajar dan bukan kehamilan.
Suatu siang, Atun tidak keluar kamar dalam waktu lama.
Su menyusul masuk kamar dan mendapati Atun sudah melahirkan. Su terkejut, panik dan mengaku mengambil keputusan yang tidak rasional.
Baca juga: Warga Surabaya Temukan Bayi yang Baru Lahir Sedang Menangis Terbungkus Plastik
Tidak berapa lama, warga mengetahui perbuatan itu.
“Saya memang bodoh. Seharusnya sejak awal saya beritahukan ke tetangga,” kata Su.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.