YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta menyebutkan, angka kemiskinan di Gunungkidul naik 0,62 persen dibandingkan tahun lalu.
Kepala BPS Gunungkidul Rintang Awan Eltribakti menyampaikan, pada tahun 2020 lalu, angka kemiskinan di Gunungkidul tercatat sebesar 17,07 persen dari total populasi.
"Sekitar 17,69 persen warga Gunungkidul tergolong penduduk miskin di tahun ini. Atau meningkat 0,62 persen," kata Eltri saat dihubungi wartawan Selasa (28/12/2021).
Baca juga: Kopral Dua DA Penabrak Sejoli Nagreg Asli Gunungkidul, Dukuh: Panther Hitam Beberapa Kali Dibawa
Jika disebutkan secara jiwa, total ada 135.335 penduduk miskin di Gunungkidul dari populsi sekitar 747.000 jiwa.
Dia menjelaskan, angka kemiskinan dihitung berdasarkan konsep kebutuhan dasar. Nilai pengeluaran kebutuhan minimum untuk makanan dan utilitas turut diukur.
Ada 52 jenis komoditi kebutuhan dasar makanan yang jadi ukuran. Sedangkan untuk non-makanan, terdapat perbedaan antara kawasan pedesaan (47 jenis komoditi) dan perkotaan (51 jenis komoditi).
"Metode ini sudah dipakai BPS sejak tahun 1998, agar hasilnya konsisten dan bisa disandingkan secara periodik," kata Eltri.
Baca juga: Kunjungan Wisata di Gunungkidul Malah Turun Saat Libur Natal
Sedangkan untuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Gunungkidul mendapatkan skor 70,16 atau kategori tinggi.
Eltri menyebutkan, untuk angka kemiskinan dibandingkan daerah lain di DIY, Gunungkidul berada di nomor empat, dan untuk IPM terendah atau urutan kelima.
"Data tentang kemiskinan dan IPM sudah disampaikan ke Pemkab Gunungkidul. Data ini bisa jadi acuan hingga masukan bagi Pemkab Gunungkidul sebagai pemangku kebijakan," kata dia.
Baca juga: Sudah 6 Hari Nihil Kasus Baru Covid-19 di Gunungkidul, Kasus Aktif Tinggal 2
Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan ke BPS jika metode yang digunakan skala makro atau dengan sistem pengeluaran dan pendapatan, maka angka kemiskinan Gunungkidul tetap akan tinggi.
Dia menyebutkan, jika ada faktor yang bisa menjadi patokan seperti kondisi sosial, kultur budaya, aset, dan sebagainya.
Menurutnya, karakteristik Gunungkidul yang lebih ke arah pedesaan memiliki ukuran kemiskinan yang berbeda pula.
"Harusnya jangan disamakan (ukurannya) antara pedesaan dan kota," ucap Sunaryanta.
Baca juga: Masih Ada Puluhan Ribu Rumah Tak Layak Huni di Gunungkidul
Selain itu, Gunungkidul sebagai wilayah penghasil pangan, maka secara ketahanan pangan justru terbilang lebih stabil.
"Kalau faktor-faktor lain disertakan, mungkin angka kemiskinan bisa lebih rendah," kata Sunaryanta.
Namun demikian, pihaknya terus berupaya menekan angka kemiskinan dan meningkatkan skor IPM.
"Menurunkan angka kemiskinan lewat berbagai program yang terus berjalan ke depan," kata Sunaryanta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.