Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Talut Kampung Seni Borobudur Ambrol, Warga Mengaku Khawatir

Kompas.com, 27 September 2024, 07:22 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Hujan deras membuat talut atau dinding penahan tanah di Museum dan Kampung Seni Borobudur ambrol, Rabu (25/9/2024).

Talut yang hendak diresmikan Presiden Joko Widodo pada pekan kedua Oktober itu pun kondisinya memprihatinkan. 

Dari pengamatan Kompas.com, Kamis (26/9/2024) pukul 08.00 Wib, material talut masih berserakan. Lalu seluruh dinding dengan panjang 30 meter dan tinggi 80 centimeter ambrol total. 

Sementara tanah di sekitar terasa gembur dan sebagian tampak amblas. Mirisnya, di lokasi tersebut tampak beberapa bangunan rumah warga. 

Baca juga: Jelang Diresmikan Jokowi, Talut di Kampung Seni Borobudur Ambruk Usai Hujan Deras

Kekhawatiran warga

Kepala Dusun Kujon, Heri Agus Setiawan, menjelaskan, pada awalnya talut yang ambrol itu tidak termasuk dalam gambar site plan proyek Kampung Seni Borobudur

Seperti diketahui , proyek tersebut merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).  Namun, atas permintaan warga sekitar, pengembang menyanggupi untuk menambahkan dinding penahan tanah demi menghindari limpasan air yang mengancam pemukiman.

Baca juga: Talut Longsor Tewaskan Dua Orang, DPRD Minta Pemkot Solo Cek Konstruksinya

Heri juga mengutarakan kekhawatirannya terhadap potensi genangan air yang lebih parah di kemudian hari, terutama di lahan pertanian dan area hilir yang berdekatan dengan SD Muhammadiyah Borobudur.

“Saya berharap ada kajian ulang terhadap dampak lingkungan di area ini, terutama untuk mencegah bencana yang lebih besar di masa depan,” tegasnya.

Baca juga: Talut Setinggi 10 Meter di Solo Longsor, Bapak dan Anak Tewas Tertimbun

Penjelasan pengembang

Talut di Museum dan Kampung Seni Borobudur yang ambruk, Kamis (26/9/2024).KOMPAS.com/Egadia Birru Talut di Museum dan Kampung Seni Borobudur yang ambruk, Kamis (26/9/2024).

Pihak pengembang, PT Brantas Abipraya, melalui Setiawan Priyono, mengakui bahwa talut tidak termasuk dalam perencanaan awal proyek. 

Namun, setelah menyadari potensi bahaya, mereka segera memberikan peringatan dini kepada pihak terkait, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. 

Setiawan juga menjelaskan bahwa pihaknya akan segera memperbaiki talut menggunakan material yang lebih kuat, yaitu batu U-ditch, yang lebih tahan terhadap tekanan air dibandingkan dengan batu kali.

“Kami telah menyurati pihak berwenang terkait perlunya dinding penahan tanah di area ini. Kami segera mengganti material talut dengan beton U-ditch untuk memastikan keamanan,” ujar Setiawan.

Proyek nasional

Seperti diberitakan sebelumnya, Kampung Seni Borobudur adalah salah satu bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total anggaran Rp 253,2 miliar. 

Proyek ini berdiri di atas lahan seluas 10,7 hektar yang sebelumnya merupakan lapangan sepak bola di Dusun Kujon. 

Kampung Seni ini diharapkan menjadi magnet wisata baru yang mampu menarik lebih dari 2 juta turis asing setiap tahunnya.

Namun demikian, insiden ambrolnya talut memberikan catatan penting terkait pentingnya perencanaan yang matang dan pengawasan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur besar. 

Pihak terkait dan pemerintah harus mengambil langkah perbaikan cepat unuk mampu mencegah bencana serupa di masa depan serta. 

Hal itu juga untuk menjamin keselamatan warga dan keberlangsungan proyek strategis yang telah lama dinantikan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau