Salin Artikel

Talut Kampung Seni Borobudur Ambrol, Warga Mengaku Khawatir

KOMPAS.com - Hujan deras membuat talut atau dinding penahan tanah di Museum dan Kampung Seni Borobudur ambrol, Rabu (25/9/2024).

Talut yang hendak diresmikan Presiden Joko Widodo pada pekan kedua Oktober itu pun kondisinya memprihatinkan. 

Dari pengamatan Kompas.com, Kamis (26/9/2024) pukul 08.00 Wib, material talut masih berserakan. Lalu seluruh dinding dengan panjang 30 meter dan tinggi 80 centimeter ambrol total. 

Sementara tanah di sekitar terasa gembur dan sebagian tampak amblas. Mirisnya, di lokasi tersebut tampak beberapa bangunan rumah warga. 

Kekhawatiran warga

Kepala Dusun Kujon, Heri Agus Setiawan, menjelaskan, pada awalnya talut yang ambrol itu tidak termasuk dalam gambar site plan proyek Kampung Seni Borobudur. 

Seperti diketahui , proyek tersebut merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).  Namun, atas permintaan warga sekitar, pengembang menyanggupi untuk menambahkan dinding penahan tanah demi menghindari limpasan air yang mengancam pemukiman.

Heri juga mengutarakan kekhawatirannya terhadap potensi genangan air yang lebih parah di kemudian hari, terutama di lahan pertanian dan area hilir yang berdekatan dengan SD Muhammadiyah Borobudur.

“Saya berharap ada kajian ulang terhadap dampak lingkungan di area ini, terutama untuk mencegah bencana yang lebih besar di masa depan,” tegasnya.

Pihak pengembang, PT Brantas Abipraya, melalui Setiawan Priyono, mengakui bahwa talut tidak termasuk dalam perencanaan awal proyek. 

Namun, setelah menyadari potensi bahaya, mereka segera memberikan peringatan dini kepada pihak terkait, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. 

Setiawan juga menjelaskan bahwa pihaknya akan segera memperbaiki talut menggunakan material yang lebih kuat, yaitu batu U-ditch, yang lebih tahan terhadap tekanan air dibandingkan dengan batu kali.

“Kami telah menyurati pihak berwenang terkait perlunya dinding penahan tanah di area ini. Kami segera mengganti material talut dengan beton U-ditch untuk memastikan keamanan,” ujar Setiawan.

Proyek nasional

Seperti diberitakan sebelumnya, Kampung Seni Borobudur adalah salah satu bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total anggaran Rp 253,2 miliar. 

Proyek ini berdiri di atas lahan seluas 10,7 hektar yang sebelumnya merupakan lapangan sepak bola di Dusun Kujon. 

Kampung Seni ini diharapkan menjadi magnet wisata baru yang mampu menarik lebih dari 2 juta turis asing setiap tahunnya.

Namun demikian, insiden ambrolnya talut memberikan catatan penting terkait pentingnya perencanaan yang matang dan pengawasan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur besar. 

Pihak terkait dan pemerintah harus mengambil langkah perbaikan cepat unuk mampu mencegah bencana serupa di masa depan serta. 

Hal itu juga untuk menjamin keselamatan warga dan keberlangsungan proyek strategis yang telah lama dinantikan.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/09/27/072241578/talut-kampung-seni-borobudur-ambrol-warga-mengaku-khawatir

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com