Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toko Hamzah Batik di Jakal Dilempar 2 Bom Molotov, Barang Bukti Diperiksa Labfor

Kompas.com, 9 April 2024, 15:15 WIB
Wijaya Kusuma,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Polisi melakukan penyelidikan terkait pelemparan molotov di Toko Hamzah Batik di Jalan Kaliurang, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta (DIY) pada Selasa (9/04/2024) pagi.

Barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian dibawa ke laboratorium forensik untuk dilakukan pemeriksaan.

Baca juga: Toko Hamzah Batik di Sleman Dilempar Dua Bom Molotov

Kapolresta Sleman Kombes Yuswanto Ardi mengatakan, pemeriksaan barang bukti itu untuk mencari pelaku kejadian ini.

"Saat ini sedang kita lakukan pemeriksaan terhadap barang bukti yang kita temukan di TKP ke laboratorium forensik untuk menemukan petunjuk-petunjuk yang akan mengarah ke pelaku nantinya," ujar Kapolresta Sleman Kombes Yuswanto Ardi saat dihubungi, Selasa (9/04/2024).

Yuswanto Ardi menyampaikan, di lokasi kejadian ditemukan dua molotov dari botol minuman berenergi berukuran kecil. Dari dua bom molotov itu, hanya satu yang pecah.

Sehingga ada satu botol molotov yang masih dalam kondisi untuh. Dari satu yang masih utuh ini akan dilakukan pemeriksaan sidik jari di botol molotov tersebut.

"Pengangkatan sidik jari yang ada di botol, yang untung saja tidak pecah. Sehingga masih berbentiuk botol secara utuh dan semoga ini mudah kita angkat sidik jarinya untuk jadi petunjuk mengarah ke pelaku nantinya," tandasnya.

Di sisi lain, Polisi juga memeriksa rekaman CCTV yang ada di lokasi maupun sekitar lokasi. Termasuk meminta keterangan sejumlah saksi.

"Jadi sementara ini kita masih menunggu hasil penyelidikan melakui rekaman CCTV," ucapnya.

Diungkapkan Yuswanto, dua botol molotov yang dilempar tidak sampai masuk ke dalam toko. Dua molotov tersebut hanya sampai di teras toko.

Sehingga kejadian tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa ataupun kerugian materiil.

"Hanya di teras toko dan tidak menimbulkan kerusakan, hanya gosong. Saat ini setelah dilakukan olah TKP sudah kita izin kan untuk dibersihkan," ucapnya.

Baca juga: Rumah Warga di Makassar Dilempari Botol Kosong, Sempat Dikira Ada Bom Molotov

Diberitakan sebelumnya Toko Hamzah Batik di Jalan Kaliurang, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta (DIY) dilempar dua molotov. Peristiwa pelemparan molotov ini terjadi pada Selasa (9/04/2024) pagi.

Yuswanto menyampaikan, kejadian tersebut pertama kali diketahui oleh penjaga Toko Hamzah Batik di Jalan Kaliurang, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman.

Saat sedang membersihkan toko setelah shalat subuh, penjaga tersebut mendengar suara seperti botol pecah. Curiga dengan suara itu, penjaga ini lantas mengecek dengan melihat melalui jendela.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau