Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Janur Mulai Dirangkai untuk Acara Dhaup Ageng Pakualaman

Kompas.com, 9 Januari 2024, 09:17 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah laki-laki dan perempuan berbagai umur duduk di area Pura Pakualaman dan mulai merangkai janur atau daun kelapa yang masih muda.

Janur ini dirangkai menjadi ornamen dekorasi untuk acara dhaup ageng atau pernikahan agung antara putra kedua KGPAA Paku Alam X dan GKBRAA Paku Alam, yaitu B.P.H Kusumo Kuntonugroho dengan dr. Laily Annisa Kusumastuti.

Tangan-tangan para perangkai janur ini lincah dan cekatan saat membentuk janur menjadi hiasan pernikahan. Janur dilengkungkan, ditancapkan pada batang pisang, janur satu dengan yang lain dibentuk menggunakan staples.

Baca juga: Dua Calon Pengantin Dhaup Ageng Jalani Upacara Adat Nyengker

Sejumlah orang yang tergabung dalam tim artistik dhaup ageng ini memang diambil dari perhimpunan profesional penggemar dan pembuat rangkaian bunga nusantara dengan nama Mayasari. Perkumpulan ini sudah berdiri sejak 1967 di Yogyakarta.

Ketua Koordinator Tim Artistik Dhaup Ageng, Sita Adiksakti menjelaskan dalam pembuatan dekorasi dhaup ageng ini membutuhkan janur sebanyak 400, serta membutuhkan 50 lebih bambu untuk dirangkai menjadi penjr atau umbul-umbul.

Untuk gedebog atau batang pisang yang dibutuhkan untuk dekorasi ini sebanyak 70.

"Bunga justru paling banyak, seperti melati, bunga mawar merah dan putih. Karena kita temanya untuk kamar pengantin putera itu nuansa kebiru0biruan," ujarnya, Senin (5/1/2024).

Lanjut dai pada dhaup ageng ini 52 umbul-umbul disiapkan panitia dan didesain secara khusus. Tinggi umbul-umbul mencapai 7,5 meter.

"Ada perubahan di plengkungnya tidak polos. Kemudian ada geger naganya dan pada tolak bolonya biru putih," katanya.

Sejumlah orang sedang merangkai janur menjadi ornamen-ornamen dhaup ageng di sekitar Pura Pakualaman, Senin (8/1/2024)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Sejumlah orang sedang merangkai janur menjadi ornamen-ornamen dhaup ageng di sekitar Pura Pakualaman, Senin (8/1/2024)

Menurut Sita, pernak-pernik dan dekorasi pada pernikahan anak kedua ini tidak jauh berbeda dengan pernikahan anak yang pertama dari Paku Alam X.

Hal yang membedakan adalah penggunaan warna di mana anak sulung Wakil Gubernur DIY lebih banyak menggunakan warna hijau dan kuning.

Umbul-umbul ini mulai dipasang Senin (8/1/2024) sejumlah 8 buah, dan akan dilanjutkan pemasangannya Selasa (9/1/2024).

"Total ada 40-an penjanur, perangkai bunga 6, supporting 10, total hampir 70 rata-rata dari Jogja," ujarnya.

Baca juga: Dishub DIY Siapkan 10 Bus Transjogja untuk Angkut Tamu Dhaup Ageng Pakualaman

Suasana dekorasi mulai dari tenda dan sejumlah pernak-pernik dhaup ageng didominasi dengan warna biru, menurut dia warna biru merupakan warna favorti dari putera bungsu KGPAA Paku Alam X.

"Bisa dilihat juga tempat tidurnya itu head bed batik indigo alami, bantal, bed runner juga biru indigo alami," bebernya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau