Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Calon Pengantin Dhaup Ageng Jalani Upacara Adat "Nyengker"

Kompas.com, 8 Januari 2024, 17:43 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Calon pengantin, B.P.H Kusumo Kuntonugroho beserta pasangannya, Laily Annisa Kusumastuti mengikuti rangkaian upacara adat Kadipaten Pakualaman.

Diketahui, B.P.H Kusumo Kuntonugroho merupakan putra kedua dari KGPAA Paku Alam X dan GKBRAA Paku Alam. 

Kali ini, kedua calon pengantin  mengikuti upacara adat nyengker atau pingitan sebelum acara pernikahan.

Ketua Bidang II Panitia Dhaup Ageng, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radyo Wisroyo menjelaskan pada prosesi nyengker ini melibatkan dua keluarga.

Baca juga: Dishub DIY Siapkan 10 Bus Transjogja untuk Angkut Tamu Dhaup Ageng Pakualaman

Kaluarga Paku Alam X memerintahkan abdi dalem untuk menjemput calon pengantin putri ke lingkungan Pura Pakualaman.

"Ini yang berbeda dari masyarakat lainnya. Namun di sini karena yang kagungan kersa itu adalah K.G.P.A.A Paku Alam X dan kebetulan trahnya calon penganten kakung, sehingga yang wajib masuk ke cepuri adalah calon pengantin wanita karena dia bukan dari kalangan kerajaan. Sebab itu, yang masuk bukan hanya calon pengantin wanita namun juga orangtuanya," jelasnya, Senin (8/1/2024).

Upacara adat nyengker ini menurut dia sudah disederhanakan pada era modern ini.

Dulu, upacara ini membutuhkan waktu selama satu bulan. Tetapi, pada era moderni ini sudah disederhanakan tanpa mengurangi esensi upacara nyengker.

"Upacara nyengker ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terutama kepada pengantin perempuan karena masuk ke lingkungan Pura Pakualaman," jelasnya.

Pihak pengantin perempuan diberikan pemahaman tentang prosesi yang akan dijalani jelang pernikahan. Seperti siraman, midodareni, panggih, dan lainnya, nantinya dilatih dan didampingi oleh abdi dalem Pura Pakualaman.

Selain itu, calon pengantin juga diajarkan bagaimana menjadi layaknya putri kerajaan. Mengingat akan mendapatkan gelar Bendoro Raden Ayu.

KRT Radyo Wisroyo menambahkan upacara ini tidak hanya secara fisik tetapi juga bertujuan untuk memantapkan hati calon pengantin perempuan yang akan megikuti banyak upacara adat.

Baca juga: Kadipaten Pakualaman Siapkan Kendaraan Listrik untuk Dhaup Ageng

"Itu lah satu hal yang kita lakukan untuk mempersiapkan calon pengantin putri baik secara fisik dan batin. Ini esensi dari nyengker," jelas dia.

Menurut dia, upacara ini berbeda dengan Keraton Yogyakarta. Pasalnya, di Keraton Yogyakarta yang masuk ke wilayah kerajaan adalah pihak laki-laki sehingga disebut dengan nyantri.

Namun menurut dia esensi dari upacara di Keraton sama dengan di Pura Pakualaman.

Selama prosesi ini, calon pengantin perempuan ditempatkan di Kagungan Dalem (KD) Kepatihan. Pukul 10.00 WIB calon pengantin perempuan dan orangtua diterima oleh KPH Suryo Adinegoro.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau