Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dosen Killer" Dilarang di UGM, Ini Alasannya

Kompas.com - 31/10/2023, 22:29 WIB
Wijaya Kusuma,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat gerakan kampus aman, nyaman dan ramah. Sehingga tidak ada lagi dosen yang keras terhadap mahasiswa atau sering disebut sebagai "dosen killer" di kampus UGM.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof Wening Udasmoro mengatakan, sedang membuat gerakan untuk kampus yang aman, nyaman, inklusif, ramah dan bertanggungjawab secara sosial.

Baca juga: Pengamat UGM Sebut Terpilihnya Gibran sebagai Cawapres Prabowo Mengonfirmasi Drama Politik yang Terjadi

"Salah satunya kita membuat relasi yang menyenangkan antara dosen dengan mahasiswa. Jadi supaya mahasiswa itu nyaman ketika kuliah, mereka senang ketika kuliah," ujarnya saat dihubungi, Selasa (31/10/2023).

Dia mengatakan UGM ingin menghilangkan berbagai bentuk kekerasan di kampus. Baik  kekerasan verbal,  psikologis, dan fisik. UGM sebelumnya sudah membuat peraturan terkait dengan kekerasan seksual.

"Kekerasan seksual kan UGM yang pertama di Indonesia yang membuat peraturan. Jadi kita ingin membuat barikade-barikade agar tidak ada lagi kekerasan. Intinya di UGM, bagimana kita menciptakan satu kampus yang melindungi semua," tuturnya.

Saat ini, kata Wening, pihaknya sedang dalam proses membuat prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP). Namun, sosialiasi sudah di sampaikan ke fakultas- fakultas di UGM.

"Kita mau bikin SOP, ada standar operasional prosedur untuk bagimana relasi yang aman, yang nyaman antara dosen mahasiswa, antara mahasiswa. Kemudian antara orangtua dengan anaknya yang sekolah di UGM," bebernya.

Menurutnya, kampus harus menjadi lingkungan yang aman dan nyaman bagi seluruh civitas akademika. Sehingga berbagai bentuk kekerasan seharusnya tidak ada lagi di lingkungan kampus. Termasuk, dosen galak atau "killer" sangat tidak relevan.

"Sangat tidak relevan. Karena untuk apa? Pada dasarnya kita di perguruan tinggi kan mengajarkan value. Kalau cuma ngajari ilmu, mereka bisa mengambil di mana-mana. Tapi di perguruan tinggi kita mengajari value empati, solidaritas, respecting others," ucapnya.

Dosen "killer", menurut Wening, adalah dosen yang menggunakan kekerasan verbal dan kekerasan psikologis. Bentuk-bentuk kekerasan tersebut tidak perlu digunakan kepada mahasiswa.

Baca juga: Hutan Penelitian UGM Wanagama di Gunungkidul Terbakar

"Memberi tahu mahasiswa kan tidak perlu dengan kekerasan verbal, kekerasan psikologis. Orangtua kan menitipkan ke kita kan untuk dididik menjadi anak yang antikekerasan," tandasnya.

Dia mengungkapkan aturan ini dibuat dengan tujuan untuk melindungi mahasiswa yang merupakan generasi muda bangsa dari persoalan kesehatan mental.

"Kita ingin melindungi generasi muda kita dari persoalan-persoalan kesehatan mental. Jangan sampai nanti 2045 katanya Indonesia menjadi negara terkaya ke empat di dunia, tetapi banyak yang tidak bisa menikmati karena mengalami persoalan dengan kesehatan mental," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Yogyakarta
Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Yogyakarta
Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Yogyakarta
Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Yogyakarta
Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Yogyakarta
Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Yogyakarta
Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Yogyakarta
Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com