YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Harga beras yang mencapai Rp 15.000 per kg dikeluhkan oleh pedagang angkringan di Jalan Gondosuli, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Penjual Angkringan, Purwanto (64) mengatakan, kenaikan harga beras dan komoditi lainnya membuat dagangannya sepi. Ia mengaku sekarang ini sulit sekali untuk berjualan.
Dia mengatakan tidak berani untuk menaikkan harga dagangannya.
“Sak niki opo-opo mundak (sekarang apa-apa naik), sangat berpengaruh. Dijual susah, enggak ada (kenaikan harga) susahnya di situ,” ujarnya saat ditemui, Kamis (12/20/2023).
Baca juga: Harga Beras di Yogya Tak Kunjung Turun, Penjual Harus Tunggu Kiriman 3 Hari
Dia berharap pemerintah dapat segera menstabilkan harga beras. Sebab, kenaikan harga beras ini sangat berdampak kepada usahanya.
Selain itu, dia juga tidak berani untuk mengecilkan porsi nasi kucingnya. Pasalnya, jika hal itu dilakukan maka pelanggannya akan mengeluh.
“Kalau dikecilkan yang beli mengeluh, saya tetap segini. Satu bungkus Rp 4.000, saya pakai beras jenis C-4 yang harga Rp 14.000 sampai Rp 15.000,” kata dia.
Untuk mendapatkan untung, dia harus jeli dalam membeli bahan pokok. Purwanto berusaha mencari penjual bahan pokok yang mematok harga lebih murah.
“Kalau belanja cari yang agak miring harganya dengan mutu yang sama,” ucap dia.
Misalnya, untuk beras yang dijual Rp 15.000 sampai RP 16.000, dia mencari harga Rp 14.000 dengan jenis yang sama.
Sementara untuk gula pasir juga demikian. Jika ada yang menjual Rp 15.000 per kg, dia memilih yang harga Rp 13.700.
“Minyak ada yang jual Rp 15.000 saya carinya yang harga Rp 14.700, yang agak miring dikit, jangan terlalu ke atas kalau saya. Nasi dan gorengan kan saya buat sendiri,” ucapnya.
Selain mencari bahan pokok dengan harga yang lebih miring, dia mencari untung dari jualan lain seperti dari minuman.
“Kalau es (minuman) pas banter (kencang) dapat untungnya di situ. Kalau dari nasi itu untungnya nol,” kata dia.
Hal serupa juga dirasakan oleh penjual angkringan lainnya, Sri. Perempuan yang setiap harinya berjualan di Jalan Gondosuli ini harus pintar-pintar mencari celah agar bisa mendapatkan untung dari jualannya.
Baca juga: Khofifah Ungkap Penyebab Kenaikan Harga Beras di Jatim
Cara dia mencari untung adalah dengan membeli beras langsung kepada produsen beras melalui tetangganya. Sehingga harga yang didapat lebih murah dibandingkan dengan membeli di pasar.
“Cuma bisa bertahan aja, enggak bisa menaikkan. Harga nasi harganya kan cuma Rp 2.500, kalau mau naik Rp 3.000 gak bisa. Gorengan juga buat sendiri, beras pakai C4 yang Rp 15.000,” kata dia.
“Berasnya dari desa pesan dari tetangga, dia kulak di dusun langsung ke sana. Lebih murah sekarang dapatnya RP 14.000,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.