KOMPAS.com - Angkringan merupakan salah satu destinasi wisata kuliner yang kerap diburu wisatawan.
Kedai makanan berbentuk gerobak yang khas dengan santapan nasi kucing ini memang terkenal menawarkan menu makanan dengan harga yang terjangkau.
Baca juga: Bisnis Angkringan Agar Cuan, Simak Tips Ini
Wisatawan yang tengah berlibur di Yogyakarta bisa menemukan deretan angkringan di sekitar Jalan Margo Utomo, mulai dari dari Tugu Pal Putih hingga pintu timur Stasiun Tugu.
Deretan angkringan tersebut selalu dipadati wisatawan pada akhir pekan dan hari libur karena dekat dengan penginapan dan atraksi wisata di pusat kota.
Baca juga: Resep Tahu Bacem Ala Angkringan Yogyakarta, Lauk Makan Spesial
Sementara di Solo, bentuk angkringan dikenal dengan istilah wedangan atau hik (hidangan istimewa kampung).
Bentuk dan menu yang dijajakan juga serupa, dari wedang (minuman), nasi kucing, gorengan, serta sundukan (sate-satean).
Baca juga: 15 Rekomendasi Angkringan di Yogyakarta, Kuliner Malam Murah-meriah
Meski dikenal sebagai kedai makan yang menjadi ciri khas Yogyakarta dan Solo, ternyata angkringan tidak berasal dari kedua daerah tersebut.
Angkringan konon berasal dari sebuah desa yang bernama Desa Ngerangan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Bahkan pada tahun 2020, di desa ini didirikan Monumen Cikal Bakal Angkringan lengkap dengan pikulan tumbu sebagai simbolnya.
Dilansir dari laman resmi Desa Ngerangan, sosok yang pertama membuka angkringan adalah Karso Dikromo alias Djukut dan Wiryo Jeman yang merupakan warga Dukuh Sawit, Desa Ngerangan.
Karso Dikromo pertama kali berjualan makanan dan minuman menggunakan pikulan tumbu di Kota Solo.
Dilansir dari laman Kompas.com (9/8/2021), Wijilan Gunadi dan Suwarna selaku founder ikon Desa Cikal Bakal Angkringan mengkonfirmasi hal tersebut.
Mbah Karso yang berasal dari Desa Ngerangan merantau ke Solo saat usianya 15 tahun pada sekitar tahun 1930-an.
"Alasannya karena ayahnya meninggal dunia, sebagai sulung dari empat bersaudara Mbah Karso merasa bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya," ungkap Suwarna kepada Kompas.com, Minggu (30/08/2020).
Sesampainya di Solo, Mbah Karso bertemu dengan Mbah Wiryo. Pertemuan tersebut merupakan awal dari sejarah angkringan.