KULON PROGO, KOMPAS.com – Para ahli menemukan sejumlah pergerakan tanah di Pedukuhan Popohan dan sekitarnya, pada Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tanah bergerak itu ditandai dengan adanya jalan ambles, serta fasilitas publik dan rumah warga mengalami retak. Terdapat longsor pada bagian lereng yang curam.
Fenomena ini terdeteksi saat penelitian lubang di halaman rumah Karyo Dimejo (70), Popohan.
Baca juga: Penelitian UGM di Bawah Rumah Mbah Karyo, Potensi Longsor Dinilai Tinggi
Titik-titik tanah bergerak itu berada pada luas sekitar 25 hektar. Gerak tanah pada lereng curam tipe luncuran. Sementara di tanah landai, tanah bergerak secara perlahan atau tipe rayapan.
Gerakan tanah cenderung mengarah ke lembah sungai. Ini menjadikan daerah itu rawan longsor.
“Daerah retak itu memiliki kerentanan (longsor) menengah sampai tinggi. Karena kondisi batuan lapuk, struktur dasar pasir, sehingga air mudah membuat erosi sehingga bisa mengganggu kestabilan lereng,” kata Pakar Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Wilopo di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Kamis (24/8/2023).
Gerakan tanah menunjukkan daya dukung geologi sudah tidak mampu mendukung aktivitas manusia di atas permukaan, terutama permukiman.
Wahyu menyarankan perlunya tindakan untuk mengurangi risiko bencana. Seperti tidak lagi membangun di kawasan dengan kerentanan menengah dan tinggi. Namun, masih cocok untuk usaha perkebunan dan lahan ladang.
“Daerah itu saya sarankan zero growth, tidak ada pembangunan,” katanya.
Idealnya, pemindahan permukiman dilakukan pada kawasan yang memiliki potensi rentan bencana. Namun memindahkan warga bukan perkara mudah karena dipengaruhi banyak hal.
Apalagi banyak kasus pemindahan warga yang tidak berhasil. Karena itu, penelitian pun masih berlangsung sampai sekarang.
“Banyak yang berhasil, banyak yang tidak berhasil. Memindahkan ke tempat lebih aman perlu memperhatikan faktor budaya ekonomi dan sebagainya. Akhirnya, karena pekerjaan di situ, dipindah jauh, dia akan kembali ke tempat sama. Itu sering terjadi seperti itu,” kata Wahyu.
Penelitian ini berawal dari kemunculan lubang di halaman rumah Mbah Karyo pada Desember 2022. Lubang itu semakin membesar dari waktu ke waktu hingga diameter 5 meter.
Baca juga: Para Ahli Mulai Meneliti Lubang Raksasa di Banjararum Kulon Progo
Para ahli geologi UGM diterjunkan untuk meneliti lubang itu. Hasil kajian dari Laboratorium Geologi Tata Lingkungan, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM dipaparkan di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Kamis (24/8/2023) kemarin.
Para ahli meneliti menggunakan survei georadar dan pengamatan lapangan. Penelitian lapangan berlangsung dua pekan lalu.