Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Mulai Produksi Sandal Upanat Candi Borobudur Jelang Natal dan Tahun Baru 2023

Kompas.com, 9 Desember 2022, 15:20 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Khairina

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Perajin di kawasan Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah, mulai membuat sandal Upanat menjelang liburan Natal dan Tahun Baru 2023.

Sandal Upanat adalah alas kaki terbuat dari anyaman daun pandan bersol busa yang khusus dipakai untuk naik ke struktur Candi Borobudur

Basiyo (57) adalah salah satunya. Pemilik Rumah Galery BW Craft Borobudur itu mengaku sudah sepekan terakhir mulai memproduksi sandal Upanat pesanan Taman Wisata Candi Borobudur. 

"Kami sudah ada permintaan sandal upanat untuk simulasi wisatawan naik ke Candi Borobudur pada liburan Natal dan Tahun Baru 2023. Pertama pesan 100 pasang, lalu nambah 100 pasang lagi," kata Basiyo, di rumahnya, Jumat (9/12/2022).

Baca juga: Kategori Young Talent Borobudur Marathon 2022 Diapresiasi Atlet Nasional

Menurutnya, ratusan pasang sandal itu tidak dikerjakan sendiri tapi dibagi dengan perajin lainnya asal Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur.

Sandal Upanat dirancang khusus menggunakan bahan yang nyaman dipakai dan aman untuk kelestarian Candi Borobudur. Alas atau sol yang lembut dapat mengurangi gesekan pada batu-batu candi sehingga batu tidak cepat aus.

"Bahan sol yang biasa pesan dari Yogyakarta, kalau yang sekarang pakai busa bergaris-garis lebih bagus tapi agak mahal, kami datangkan dari Tangerang," imbuh Basiyo.

Baca juga: Presiden Jerman Batal Pakai Sandal Upanat di Candi Borobudur, Ini Penyebabnya

Sedangkan tikar daun pandan sebagian besar diambil dari para perajin tikar di sekitar lereng pegunungan Menoreh. Jika kurang maka Basiyo akan membeli ke Kebumen, Wates (DIY) dan kota lainnya. 

Basiyo menyatakan siap jika rencana penggunaan sandal Upanat untuk wisatawan direalisasikan.

Pengelola Taman Wisata Candi Borobudur dan Balai Konservasi Borobudur (BKB) memang sudah berencana untuk mengizinkan wisatawan naik ke struktur candi Borobudur tapi dengan jumlah terbatas yakni 1.200 orang per hari. 

"Kami menjawab tantangan Taman Wisata Candi Borobudur dan BKB, kalau 1.200 pasang per hari kami siap menyediakan. Pengerjaannya dibagi ke seluruh warga atau perajin yang tersebar di 20 desa di Kecamatan Borobudur. Rata-rata 50 pasang per warga," tandas Basiyo.

General Manager PT TWC Unit Borobudur, Jamal Mawardi mengatakan, sandal upanat saat ini dalam proses pengadaan. Ke depan sandal ini menjadi syarat wajib wisatawan yang akan naik ke struktur Candi Borobudur. 

"Salah satunya (syarat) harus menggunakan sandal upanat. Sehingga nanti ke depan pada saat uji coba wisatawan naik ke candi, sandal upanat sudah harus tersedia," kata Jamal.

Pihaknya akan menggelar simulasi sebelum secara resmi membuka wisatawan naik Candi Borobudur. Sejak pandemi Covid-19 dan alasan konservasi, wisatawan hanya diperkenankan berada di pelataran cagar budaya dunia tersebut.

"(simulasi) Insya Allah sebelum tanggal 22 Desember 2022. Libur Natal dan Tahun Baru 2022, Pengunjung secara terbatas sudah bisa naik ke candi. Harapannya, ya mudah-mudahan bisa on time," pungkasnya.

Sejauh ini pihaknya masih melakukan serangkaian uji coba karena ada beberapa ketentuan yang harus dipersiapkan dengan matang sebelum rencana itu diterapkan. Diantaranya terkait proses reservasi, issuing ticket, teknis penerimaan dan pembagian sandal maupun pemandu wisata, pengaturan flow dan sebagainya.

"Sebanyak 1.200 itu tidak semua naik ke stupa tapi nanti ada pengaturan flow wisatawan sesuai dengan tema yang dipilih. Jadi wisatawan explore dulu, harus memilih tema yang diinginkan, misalnya ingin teman Lalita Vistara atau lainnya. Semuanya dilakukan lewat pemesanan online," papar Jamal. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau