Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sumbu Filosofi Yogyakarta, Konsep Tata Ruang Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono I

Kompas.com - 15/09/2022, 07:08 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Sumbu Filosofi Yogyakarta tengah diusulkan sebagai Warisan Dunia yang diakui oleh  United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Tinjauan terhadap Sumbu Filosofi Yogyakarta sudah dilakukan pada Selasa (23/8/2022) hingga Kamis (25/8/2022) yang meliputi kawasan Malioboro, Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta, hingga Panggung Krapyak.

Tujuan pelaksanaan peninjauan yang dilakukan oleh UNESCO tersebut adalah untuk memastikan apakah kekurangan-kekurangan untuk penetapan Warisan Dunia baik yang sudah atau belum diaplikasikan oleh Pemerintah DIY.

Nantinya apabila ajuan dari Sumbu Filosofi Yogyakarta telah sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan UNESCO barulah dilakukan evaluasi dengan melakukan sidang di hadapan 22 negara anggota.

Apa itu Sumbu Filosofi Yogyakarta?

Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah sebuah sumbu imajiner berupa garis lurus ditarik dari Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Pal Putih (Tugu Golong-gilig).

Dilansir dari laman kemendikbud, Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah simbol dari keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya (Hablum minallah), manusia dengan manusia (Hablum minannas), dan manusia dengan alam.

Dalam kaitannya dengan alam, hal ini termasuk hubungan manusia dengan lima elemen pembentuk alam sekitar yaitu api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Ngayogyakarta, air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta), dan angkasa (ether).

Panggung Krapyak di Jalan Kh. Ali Maksum, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Sewon, Kota Yogyakarta.Shutterstock/Damar Aji Panggung Krapyak di Jalan Kh. Ali Maksum, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Sewon, Kota Yogyakarta.

Siapa Pencipta Sumbu Filosofi Yogyakarta?

Sumbu Filosofi Yogyakarta diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono I saat mulai membangun Kota Yogyakarta pada tahun 1755.

Seperti diketahui pada 13 Februari 1755 telah terjadi peristiwa Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari.

Sultan Hamengku Buwono I kemudian membangun keraton baru dengan Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya.

Konsep filosofi Islam Jawa yaitu “Memayu Hayuning Bawana” dan “Manunggaling Kawula lan Gusti” diejawantahkan dalam tata ruang kota yang dibangun tersebut.

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Terdapat beberapa nama kampung yang diambil dari nama tempat tinggal para pangeran ataupun bangsawan Keraton Yogyakarta yang disebut sebagai Dalem. 
SHUTTERSTOCK/Aquavisuals Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Terdapat beberapa nama kampung yang diambil dari nama tempat tinggal para pangeran ataupun bangsawan Keraton Yogyakarta yang disebut sebagai Dalem.

Mengapa Sumbu Filosofi Yogyakarta disebut sumbu imajiner?

Tak seperti pendapat yang dipercaya masyarakat, sebenarnya Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi tidak persis berada dalam satu garis lurus.

Hal inilah yang menjadi alasan poros yang terbentuk dari bentang alam ketiga titik itu disebut sebagai sumbu imajiner.

Dilansir dari laman kratonjogja.id, sumbu nyata yang membentang dari utara hingga selatan yang berada dalam satu garis lurus adalah jalan yang menghubungkan Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Pal Putih (Tugu Golong-gilig).

Ketiganya menggambarkan perjalanan siklus hidup berdasarkan konsepsi dalam falsafah Jawa “Sangkan Paraning Dumadi” yang umumnya dipahami sebagai asal dan tujuan hidup manusia.

Foto aerial Plengkung Gading yang membentuk garis lurus dengan alun-alun kidul dan kompleks Keraton Yogyakarta.Shutterstock/herukru Foto aerial Plengkung Gading yang membentuk garis lurus dengan alun-alun kidul dan kompleks Keraton Yogyakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Pindah ke Sleman, Sering Lari Pagi dan Bersepeda

Ganjar Pindah ke Sleman, Sering Lari Pagi dan Bersepeda

Yogyakarta
Hilang di Sungai Oya Gunungkidul, Siswa SD Dicari Menggunakan Drone

Hilang di Sungai Oya Gunungkidul, Siswa SD Dicari Menggunakan Drone

Yogyakarta
30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Yogyakarta
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Yogyakarta
Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta
Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Yogyakarta
Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Yogyakarta
Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Yogyakarta
Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com