Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hewan Ternak Suspek PMK di DI Yogyakarta Capai 5.000 Ekor

Kompas.com - 23/06/2022, 17:12 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 5.000 hewan ternak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disinyalir terpapar Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) hingga Juni ini. Namun, jumlah tersebut tidak sampai 1 persen dari keseluruhan populasi ternak di sana.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto mengatakan, total pupulasi hewan ternak di DIY untuk sapi sekitar 300.000 ekor, dan domba 400.000 ekor.

"Angka 5.000 kan enggak sampai 1 persen," katanya saat dihubungi, Kamis (23/6/2022).

Baca juga: Hanya Dapat 100 Dosis, Pemkot Semarang Belum Tentukan Sasaran Vaksinasi PMK

Dengan jumlah tersebut, dia meminta kepada peternak dan masyarakat agar tidak khawatir, karena pihaknya telah melakukan berbagai pengamanan terhadap hewan ternak.

"Enggak usah gundah gelisah pemerintah berjalan terus yang penting kita melakukan pengamanan. Dan angkanya cukup kecil walaupun kami tidak menyepelekan kecilnya angka," ucapnya.

DPKP DI Yogyakarta sendiri telah membuat satgas khusus untuk menangani PMK. Satgas itu berisi instansi terkait dari kabupaten atau kota, perguruan tinggi, satgas pangan, lembaga swadaya masyarakat (lsm), dan pemerhati ternak.

"Satgas khusus ini bertugas mengondisikan agar kondisi DIY aman," imbuhnya.

Dia menambahkan, jumlah hewan ternak yang mati akibat PMK di DIY sebanyak 28 ekor. Jumlah tersebut dinilai masih sedikit jika dibanding dengan total populasi hewan ternak di DIY.

Nantinya hewan-hewan ternak yang sehat akan dinerikan vaksin PMK sedangkan hewan ternak yang sakit dilakukan pengobatan dan diberikan vitamin agar segera pulih.

Baca juga: DI Yogyakarta Dapat Jatah 4.000 Vaksin PMK, Diprioritaskan untuk Sapi Perah

"Jadi gini sebagaimana Covid-19 untuk manusia yang divaksin itu yang sehat. Kalau yang sakit kan diobati dikasih vitamin, lingkungan didisinfektan kandangnya di sendirikan atau diisolasi," jelasnya.

Sedangkan jumlah hewan ternak di DIY yang memenuhi syarat untuk kurban masih belum mencukupi, dan harus ditambah dari daerah lain. Untuk antisipasi PMKmenular secara luas maka ternak-ternak harus dipenuhi dengan surat keterangan sehat.

"Jadi lalu lintas hewan selama hewan itu dari wilayah yang tidak terinfeksi atau terendemi dan disertai dengan dengan keterangan sehat SKKH kalau antara daerah itu prinsipnya tidak ada masalah," kata dia.

Syarat-syarat seperti surat sehat hewan mutlak dimiliki untuk lalu lintas hewan.

Baca juga: Cianjur Minim Tenaga Medis Hewan di Tengah Wabah PMK

"Kalau pengalaman DIY dari tahun ke tahun dari hitungan populasi selalu kurang tapi di hari h pada saat Idul Adha ini biasanya tercukupi," ucap Sugeng.

Pihaknya juga telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama petugas penyembelih hewan terkait dengam ciri-ciri hewan ternak yang terjangkit PMK.

"Tanda fisik bisa dilihat di mulut kuku ada luka kemudian sapinya ngences (mengeluarlan liur) terus kukunya ada luka bolong di daging antara kuku otomatis jangan dibeli apalagi disembelih," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Penangkapan 2 Pembunuh Karyawati Toko di Polokarto, Sukoharjo

Kronologi Penangkapan 2 Pembunuh Karyawati Toko di Polokarto, Sukoharjo

Yogyakarta
Dorong Hak Angket Usai Putusan MK, Pakar Hukum UGM: Yang Merusak Demokrasi Harus Bertanggungjawab

Dorong Hak Angket Usai Putusan MK, Pakar Hukum UGM: Yang Merusak Demokrasi Harus Bertanggungjawab

Yogyakarta
Ketum PP Muhammadiyah Menghargai Sikap Kenegarawanan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud soal Putusan MK

Ketum PP Muhammadiyah Menghargai Sikap Kenegarawanan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud soal Putusan MK

Yogyakarta
Singgih Raharjo Terancam Gagal Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui Golkar

Singgih Raharjo Terancam Gagal Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui Golkar

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Pelaku UMKM Wajib Urus Sertifikasi Halal Sebelum 18 Oktober, Sanksi Tunggu Regulasi

Pelaku UMKM Wajib Urus Sertifikasi Halal Sebelum 18 Oktober, Sanksi Tunggu Regulasi

Yogyakarta
Kecelakaan Bus Wisatawan di Bantul, Uji KIR Mati Sejak 2020

Kecelakaan Bus Wisatawan di Bantul, Uji KIR Mati Sejak 2020

Yogyakarta
Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Yogyakarta
Gempa Pacitan Dirasakan Warga Gunungkidul dan Bantul

Gempa Pacitan Dirasakan Warga Gunungkidul dan Bantul

Yogyakarta
9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes

9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes

Yogyakarta
Nekat Lewati Jalur Jip Lava Tour Merapi, Mobil Wisatawan Terjebak Satu Jam di Kali Kuning

Nekat Lewati Jalur Jip Lava Tour Merapi, Mobil Wisatawan Terjebak Satu Jam di Kali Kuning

Yogyakarta
Pilkada Yogyakarta, Pj Wali Kota Singgih Raharjo Ambil Formulir Penjaringan Bakal Calon Partai Golkar

Pilkada Yogyakarta, Pj Wali Kota Singgih Raharjo Ambil Formulir Penjaringan Bakal Calon Partai Golkar

Yogyakarta
DPD Golkar Gunungkidul Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Siapa Saja yang Sudah Mendaftar?

DPD Golkar Gunungkidul Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Siapa Saja yang Sudah Mendaftar?

Yogyakarta
Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com