Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Pedagang Pasar di Kulon Progo Tertipu Uang Palsu, Pelaku Beraksi Saat Ramai Pembeli

Kompas.com, 22 Juni 2022, 20:29 WIB
Dani Julius Zebua,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang jadi korban penipuan uang palsu di dua pasar,Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Para pedagang mengungkapkan telah tertipu uang Rp 50.000 palsu.

Pedagang bernama Sujilah (67), menjadi korban penipuan ketika berjualan bawang dan cabai di Pasar Jombokan, Pedukuhan Jombokan, Kalurahan Tawangsari, Kapanewon Pengasih. Lansia itu menerima uang Rp 50.000 dari seorang pembeli satu kilogram bawang merah.

"Saya cuma lihat itu uang 50-an. Biru. Saya masukkan ke kotak," kata Sujilah di Pasar Jombokan, Rabu (22/6/2022).

Kesibukan itu menyita perhatian sehingga dirinya lalai. Ia memasukkan saja uang itu ke kotak uang.

Lansia asal Pedukuhan Kawirejan, Kalurahan Sogan, Kapanewon Wates ini biasa jualan dari jam 06.00 WIB sampai jam 10.00 WIB. Setelah pundi uang sudah penuh menjelang siang, ia merapikannya.

Uang yang besar lebih dulu dihitung. Sujilah pun mendapati selembar uang palsu Rp 50.000-an.

Baca juga: Tergiur Keuntungan, Penjual Miras di Yogyakarta Produksi Uang Palsu

Ia mengingat kalau uang itu diperoleh dari laki-laki berbaju putih, celana hitam, dan rambutnya cepak. Sujilah tidak mengira uang yang diserahkan laki-laki itu ternyata palsu.

Saat bersamaan, seorang lurah pasar atau koordinator pasar datang menarik retribusi. Sujilah langsung melaporkan peristiwa ini pada lurah pasar.

“Uang lalu dibawa lurah pasar,” katannya.

Sujilah mengakui tidak waspada karena sedang melayani sekitar 10 pembeli saat kedatangan laki-laki berkaus putih itu.

Ia mengaku hanya bisa sabar, meski mengingat anaknya yang di rumah tidak melaut karena cuaca ekstrem.

“Ya sudah tidak apa. Mau bagaimana lagi, karena (melayani) banyak orang dan faktor umur saya. Simbah ini merasa ribet,” kata Sujilah.

Hal serupa juga terjadi di pasar Mudhal, Pedukuhan Penjalin, Kalurahan Donomulyo, Kapanewon Nanggulan. Pasar ini berada di seberang Kantor Kalurahan Donomulyo.

Pedagang toko kelontong Neni Puji Astuti (32) menemukan uang palsu, pada Selasa (21/6/2022). Diketahui, Pasar Mudhal hanya buka saat Kliwon dan Pon, hari pasaran masyarakat Jawa.

Kebetulan pasar tengah ramai pada Selasa Pon kemarin. Neni mengatakan tersiar kabar kalau ada banyak pedagang pasar Mudhal mendapat uang palsu Rp 50.000-an.

Beberapa pedagang itu yakni tukang jamu, penjual panganan klanting, getuk tiwul, hingga bumbu. Para pedagang lantas mengecek hasil dagangan hari itu setelah banyak yang mengaku mendapat uang palsu.

Neni juga ikut menghitung hasil dagangan hari itu. Toko yang dijaga Neni berada di sudut pasar. Neni menceritakan, mendapat uang palsu Rp 50.000-an. Ia tidak ingat uang itu dari pembeli yang mana.

"Ada tujuh pedagang yang mendapat uang palsu hari kemarin. Saya juga," kata Neni.

Tak lama kemudian polisi yang datang langsung menyita uang palsu itu.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau