Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolres Kulon Progo: Anak yang Direkrut Geng Suka Tawuran Tidak Rapi, Sering Terlambat, dan Tidak Tertib

Kompas.com, 6 April 2022, 07:25 WIB
Dani Julius Zebua,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Geng pelajar suka kekerasan jalanan tumbuh di berbagai daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk Kabupaten Kulon Progo. Kelompok seperti ini berkembang karena terus merekrut anggota dari generasi ke generasi angkatan pelajar.

Pelajar senior hingga alumni sekolah diduga terlibat merekrut pelajar junior. Mereka tertarik pada pelajar dengan penampilan menyolok, seperti pakaian tidak rapi, sering terlambat datang, tidak disiplin mengerjakan tugas, hingga tidak tertib.

"Terlihat tidak rapi, baju tidak digosok, terlambat, tidak mengerjakan tugas dengan baik, sebaiknya cepat ditangkap (dirangkul) OSIS," kata Kapolres, Kombes Pol Mukaromah Fajarini dalam konferensi pers mengungkap kasus tawuran "perang sarung" di Polres Kulon Progo, Selasa (5/4/2022) sore.

Baca juga: Jadi Korban Tawuran, Ini Kronologi Dafa, Anak DPRD Kebumen Tewas Akibat Sabetan Gir di Yogyakarta

Anak-anak seperti inilah target seniornya untuk direkrut. Mereka telah dipantau sejak pertama kali masuk sekolah.

Pihak sekolah diminta lebih jeli menemukan pelajar seperti ini, lantas merangkulnya ke berbagai kegiatan. Dengan demikian, sedikit kesempatan pelajar itu direkrut kelompok geng pelajar.

“Kalau telat merangkul, maka dia dirangkul seniornya untuk ikut geng di sekolah lain. Perekrutannya di situ,” kata Fajarini.

Merekrut anggota geng pelajar juga berpeluang lewat alumni. Fajarini mengungkapkan, alumni sekolah sering dilibatkan dalam kegiatan sekolah, termasuk pembinaan pada pelajar junior. Doktrin alumni kala itu bisa saja memengaruhi para pelajar junior.

Fajarini mengharapkan sekolah bisa mengontrol proses pembinaan alumni terhadap adik-adik angkatannya yang masih sekolah. “(Karena) doktrinnya di situ. Sekolah mesti mewaspadai hal ini,” kata Fajarini.

Karenanya polisi terjun mengantisipasi pelajar terlibat kekerasan. Hal ini dilakukan lewat penyuluhan-penyuluhan di sekolah. Bersama dengan itu, polisi tetap patroli, razia di sekolah hingga razia di jalanan pada jam tertentu yang dianggap rawan.

Baca juga: Remaja Meninggal di Bekasi Diduga Korban Salah Sasaran, Ayah Korban: Dia Tak Pernah Ikut Tawuran

Perang sarung

Dalam salah satu kegiatan itu, polisi menangkap delapan pelajar di jalanan sepi wilayah Pedukuhan Milir, Kalurahan Kedungsari, Kapanewon Pengasih, Selasa (6/4/2022) tengah malam.

Awalnya, polisi menerima kabar akan berlangsung tawuran di Milir. Polisi menyelidiki lokasi itu dan mendapati delapan anak berada di area tlusupan kereta api.

Polisi memeriksa anak-anak usia 14-17 tahun. Tidak ditemukan benda tajam. Polisi hanya mendapati sarung modifikasi jadi pentung dan cambuk. Mereka juga mengakui berada di sana untuk tawuran “perang sarung.”

Perang sarung dianggap sebagai alarm pemicu kenakalan remaja. Polisi lantas mengamankan mereka, menyita barang bukti dan menggiringnya ke Polres.

Baca juga: Bawa Pedang hingga Bom Molotov Hendak Tawuran, 7 Pemuda di Palembang Ditangkap

“Kami masih mendalami lawannya dari kelompok lain. Mereka kenal lewat WA. Saling menantang. Bertemu di mana. Tidak pakai (sajam) karena mereka sadar bisa kena UU Darurat karena senjata tajam,” Fajarini.

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kulon Progo akan mengumpulkan semua kepala sekolah untuk memastikan bahwa kenakalan remaja serupa tidak berkembang di hari depan. Diknas mengharapkan tiap sekolah menekan potensi berkembangnya kenakalan remaja ini.

“Potensi-potensi kenakalan remaja seperti ini bisa saja berujung menjadi tindak pidana, maka kita harus bertindak cepat bersama tiap kepala sekolah,” kata Kepala Disdikpora, Arif Prastowo.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau