Salin Artikel

Kapolres Kulon Progo: Anak yang Direkrut Geng Suka Tawuran Tidak Rapi, Sering Terlambat, dan Tidak Tertib

Pelajar senior hingga alumni sekolah diduga terlibat merekrut pelajar junior. Mereka tertarik pada pelajar dengan penampilan menyolok, seperti pakaian tidak rapi, sering terlambat datang, tidak disiplin mengerjakan tugas, hingga tidak tertib.

"Terlihat tidak rapi, baju tidak digosok, terlambat, tidak mengerjakan tugas dengan baik, sebaiknya cepat ditangkap (dirangkul) OSIS," kata Kapolres, Kombes Pol Mukaromah Fajarini dalam konferensi pers mengungkap kasus tawuran "perang sarung" di Polres Kulon Progo, Selasa (5/4/2022) sore.

Anak-anak seperti inilah target seniornya untuk direkrut. Mereka telah dipantau sejak pertama kali masuk sekolah.

Pihak sekolah diminta lebih jeli menemukan pelajar seperti ini, lantas merangkulnya ke berbagai kegiatan. Dengan demikian, sedikit kesempatan pelajar itu direkrut kelompok geng pelajar.

“Kalau telat merangkul, maka dia dirangkul seniornya untuk ikut geng di sekolah lain. Perekrutannya di situ,” kata Fajarini.

Merekrut anggota geng pelajar juga berpeluang lewat alumni. Fajarini mengungkapkan, alumni sekolah sering dilibatkan dalam kegiatan sekolah, termasuk pembinaan pada pelajar junior. Doktrin alumni kala itu bisa saja memengaruhi para pelajar junior.

Fajarini mengharapkan sekolah bisa mengontrol proses pembinaan alumni terhadap adik-adik angkatannya yang masih sekolah. “(Karena) doktrinnya di situ. Sekolah mesti mewaspadai hal ini,” kata Fajarini.

Karenanya polisi terjun mengantisipasi pelajar terlibat kekerasan. Hal ini dilakukan lewat penyuluhan-penyuluhan di sekolah. Bersama dengan itu, polisi tetap patroli, razia di sekolah hingga razia di jalanan pada jam tertentu yang dianggap rawan.

Perang sarung

Dalam salah satu kegiatan itu, polisi menangkap delapan pelajar di jalanan sepi wilayah Pedukuhan Milir, Kalurahan Kedungsari, Kapanewon Pengasih, Selasa (6/4/2022) tengah malam.

Awalnya, polisi menerima kabar akan berlangsung tawuran di Milir. Polisi menyelidiki lokasi itu dan mendapati delapan anak berada di area tlusupan kereta api.

Polisi memeriksa anak-anak usia 14-17 tahun. Tidak ditemukan benda tajam. Polisi hanya mendapati sarung modifikasi jadi pentung dan cambuk. Mereka juga mengakui berada di sana untuk tawuran “perang sarung.”

Perang sarung dianggap sebagai alarm pemicu kenakalan remaja. Polisi lantas mengamankan mereka, menyita barang bukti dan menggiringnya ke Polres.

“Kami masih mendalami lawannya dari kelompok lain. Mereka kenal lewat WA. Saling menantang. Bertemu di mana. Tidak pakai (sajam) karena mereka sadar bisa kena UU Darurat karena senjata tajam,” Fajarini.

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kulon Progo akan mengumpulkan semua kepala sekolah untuk memastikan bahwa kenakalan remaja serupa tidak berkembang di hari depan. Diknas mengharapkan tiap sekolah menekan potensi berkembangnya kenakalan remaja ini.

“Potensi-potensi kenakalan remaja seperti ini bisa saja berujung menjadi tindak pidana, maka kita harus bertindak cepat bersama tiap kepala sekolah,” kata Kepala Disdikpora, Arif Prastowo.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/06/072525378/kapolres-kulon-progo-anak-yang-direkrut-geng-suka-tawuran-tidak-rapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke