YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Jembatan Kewek di Yogyakarta yang kondisinya sudah kritis resmi ditutup mulai Selasa (10/12/2025) hari ini.
Penutupan jembatan itu menyebabkan kemacetan panjang pada sejumlah titik.
Untuk mengurai arus kendaraan, rekayasa lalu lintas diberlakukan dengan membuka dua arah di Jembatan Kleringan sejak pukul 10.00 WIB.
Pantauan Kompas.com, petugas Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta memasang water barrier serta pagar besi penanda penutupan Jembatan Kewek.
Baca juga: Jembatan Kewek Jogja Ditutup 10 Desember, Ini Rekayasa Lalu Lintasnya
Arus dialihkan sepenuhnya ke Jembatan Kleringan yang langsung memicu antrean kendaraan menuju Kotabaru.
Lampu Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) juga diberlakukan untuk kendaraan dari Jalan Margo Utomo dan Jalan Mataram yang hendak mengarah ke Kleringan.
Penutupan Jembatan Kewek membuat kendaraan dari Stadion Kridosono atau Kotabaru tidak lagi bisa melintas langsung.
Semua arus dipaksa memutar menuju Jembatan Kleringan, yang kemudian menjadi titik kemacetan baru.
Dirlantas Polda DIY, Kombes Pol Yuswanto Ardi, menyebut pola pergerakan kendaraan berubah drastis.
“Kendaraan dari Margo Utomo yang biasanya bisa belok kanan ke Malioboro saat ini kita teruskan sampai ke Kridosono,” ujarnya di Jembatan Kleringan, Rabu (10/12/2025).
Baca juga: Jembatan Kewek Kritis dan Masuk KCB Keraton Yogyakarta, Perbaikan Tak Bisa Asal
Selain kepadatan di Kleringan, imbas penutupan Jembatan Kewek juga terasa hingga Simpang Empat Gramedia yang mulai mengalami antrean panjang.
Untuk mengurai kepadatan yang merembet ke sejumlah ruas, kepolisian menyiapkan rekayasa tambahan di Simpang Gramedia.
“Simpang Gramedia dari Jalan Cik Di Tiro diperbolehkan ke kiri menuju arah timur apabila jalan yang menuju Kridosono mengalami kepadatan,” kata Yuswanto.
Jika antrean mengular hingga Simpang Galeria, kendaraan dari arah barat akan diizinkan berbelok ke kanan menuju Flyover Lempuyangan.
“Akan ada dua pintu masuk utama yang menuju Malioboro. Awalnya hanya Abu Bakar Ali, kini terbagi melalui area selatan,” ungkapnya.
Baca juga: Jembatan Kewek Tetap Bisa Diperbaiki Meski Cagar Budaya, Disbud DIY: Keselamatan Utama
Ia berharap rekayasa tersebut efektif memecah arus dan mengurangi penumpukan di Kleringan.
Rian, warga yang melintas, mengaku memahami alasan penutupan Jembatan Kewek meski harus menghadapi kemacetan.
“Demi keamanan bersama, tahu karena Jembatan Kewek sudah usia lanjut dan secara konstruksi sudah diberitakan banyak kroposnya,” ujarnya.
Menurutnya, rekayasa lalu lintas ini memang perlu dilakukan untuk mencegah risiko yang lebih besar.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang