Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Korupsi Ratusan Juta, Warga Ngunut Merasa Dikhianati oleh Aparat Desa

Kompas.com, 8 Desember 2025, 12:49 WIB
Markus Yuwono,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Ratusan warga menggelar aksi menuntut transparansi pengelolaan anggaran di Kantor Kalurahan Ngunut, Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (8/12/2025). Pihak kalurahan mengakui adanya dugaan korupsi yang melibatkan seorang perangkat desa.

Sejak Jumat (5/12/2025) malam, warga memasang spanduk tuntutan di pagar Balai Kalurahan Ngunut. Aksi hari ini merupakan lanjutan dari rangkaian protes sebelumnya.

Massa melakukan orasi menuntut keterbukaan anggaran yang dikelola pemerintah kalurahan.

Setelah berorasi, massa membubarkan diri sambil membersihkan sampah aksi. Mereka menolak proses mediasi dan memilih menyerahkan kasus tersebut ke pihak penegak hukum.

Wakil Ketua Karang Taruna Ngunut, Ahmad Fatoni, mengatakan bahwa aksi ini merupakan rangkaian lanjutan untuk menekan pemerintah kalurahan agar bersikap transparan.

"Aksi ini sebagai lanjutan aksi sebelumnya," kata Fatoni ditemui usai aksi, Senin.

Baca juga: Berlatih di Tempat Tak Masuk Akal, Rahasia Kelincahan Pembalap Dunia Moto3 Veda Ega

Ia menambahkan bahwa hari ini warga membuka segel yang dipasang beberapa hari terakhir agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat.

"Untuk itu kita tidak menuntut segera diberikan jawaban karena proses hukum masih berjalan," ucapnya.

Menurut Fatoni, persoalan ini sudah berlangsung lama dan telah beberapa kali dibahas melalui diskusi maupun mediasi, namun tidak membawa perubahan.

"Bukan di tahun ini saja, dan pernah diskusi, mediasi tapi tidak pernah ada perubahan sehingga kami memutuskan melakukan aksi, untuk membuat mereka jera dan supaya tidak ada lagi penyelewengan anggaran di Ngunut," ucap Fatoni.

Fatoni menegaskan bahwa aksi ini berkaitan dengan dugaan korupsi dana desa yang terlihat dari tidak adanya pertanggungjawaban dalam rekening koran.

"Terbaca di rekening koran sudah habis dan tidak ada pertanggungjawaban. Dan di aksi ini kami melanjutkan agar dikawal ke depannya untuk proses hukum sampai dengan seadil-adilnya," kata dia.

Lurah Ngunut, Iswanto Hadi, membenarkan adanya dugaan korupsi yang melibatkan seorang perangkatnya. Ia mengatakan bahwa pihaknya sudah menindaklanjuti informasi tersebut.

Iswanto menyebut Inspektorat Daerah Gunungkidul, kepolisian, serta penegak hukum lain telah melakukan pemeriksaan.

Ia juga mengakui adanya kebocoran dana desa yang diduga dilakukan oleh Danarto, bendahara kalurahan.

"Ada, iya mengakui. Posisinya sekarang tidak masuk, tapi masih aktif. Sudah SP beberapa kali tapi tidak diindahkan," kata dia.

Iswanto menyebut nilai dugaan kerugian desa mencapai ratusan juta rupiah.

"Di atas Rp 400 juta di bawah Rp 500 juta. Jadi Danarto (Bendahara) di Kalurahan Ngunut ini kehidupannya memang sangat-sangat luar biasa dengan kemewahan," ucap Lurah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau