Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UGM Ciptakan Gelora, Alat Pembakar Sampah Skala Rumah Tangga Ramah Lingkungan

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 20:02 WIB
Wijaya Kusuma,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan incinerator portable yang diberi nama Gelora, sebagai alat pembakar sampah skala rumah tangga yang ramah lingkungan.

Inovasi ini merupakan hasil karya Tim Pekan Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) yang terdiri dari Amir Fren Afrizal, Fa’iq Al-Baihaqi, Mohammad Lathif Adani, Muhammad Zulfa Azizi, dan Rahma’ Alya Nabila Damayanti.

Kelima mahasiswa ini berasal dari Program Studi Teknologi Rekayasa Elektro, Sekolah Vokasi UGM, dan dibimbing oleh Ma’un Budiyanto.

Baca juga: Sidang Kasus BMW Tabrak Mahasiswa UGM, Jaksa Siapkan 10 Saksi dan 3 Ahli

Ketua tim, Amir Fren Afrizal, menjelaskan bahwa ide pembuatan Gelora berawal dari keprihatinan terhadap meningkatnya volume sampah rumah tangga di Indonesia yang mencapai lebih dari 34 juta ton per tahun.

Sebagian besar sampah tersebut belum dikelola dengan optimal, terutama di wilayah pemukiman padat.

"Keterbatasan teknologi pengolahan sampah skala kecil membuat masyarakat kesulitan berpartisipasi aktif dalam pengurangan sampah," ujar Amir dalam keterangan tertulis Humas UGM, Kamis (16/10/2025).

Dari keprihatinan tersebut, kelima mahasiswa ini menciptakan incinerator portable yang dapat digunakan di rumah.

Baca juga: Puthul Jadi Lauk MBG Siswa Gunungkidul, Pakar UGM Ungkap Kandungan Gizinya

Utamakan keamanan dan kemudahan

Gelora, incinerator portable atau alat pembakar sampah portabel skala rumah tangga yang ramah lingkungan karya lima mahasiswa UGM. (Foto dokumentasi Humas UGM).KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Gelora, incinerator portable atau alat pembakar sampah portabel skala rumah tangga yang ramah lingkungan karya lima mahasiswa UGM. (Foto dokumentasi Humas UGM).
Muhammad Zulfa Azizi, selaku perancang desain mekanis, menuturkan bahwa inovasi ini mengutamakan keamanan dan kemudahan bagi pengguna.

“Kami menggunakan bahan batu tahan api dan besi tahan panas agar pengguna tetap terlindungi selama proses pembakaran berlangsung,” ungkapnya.

Gelora juga dirancang portabel dengan tambahan roda dan gagang agar mudah dipindahkan, serta dilengkapi dengan lapisan pelindung yang terdiri dari tiga isolator panas untuk menjamin keamanan alat saat beroperasi.

Baca juga: Sidang BMW Tabrak Mahasiswa UGM: Hakim Tak Terima Eksepsi, Perkara Tetap Berlanjut

Dari sisi sistem elektronik, Fa’iq Al-Baihaqi dan Lathif Adani mengembangkan sistem kontrol berbasis mikrokontroler ESP32.

"Sistem tersebut berfungsi menampilkan data suhu pembakaran dan kadar emisi gas karbon monoksida secara real-time melalui layar LCD," kata Fa'iq.

Dengan fitur monitoring ini, pengguna dapat memastikan bahwa proses pembakaran berlangsung secara aman dan efisien.

Tekan emisi gas

Anggota tim lainnya, Rahma’ Alya Nabila Damayanti, berfokus pada pengembangan sistem filtrasi untuk menekan emisi gas hasil pembakaran.

"Dengan sistem ini, emisi gas dapat ditekan secara signifikan tanpa mengurangi efisiensi pembakaran," ujar Rahma.

Baca juga: Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Cepat Kanker Mulut

Ia juga menambahkan bahwa pengguna dapat merawat alat dengan lebih praktis, karena karbon aktif pada alat ini dirancang dengan mekanisme plug and play agar mudah diganti.

Pembimbing tim, Ma’un Budiyanto, berharap Gelora dapat dikembangkan sebagai teknologi tepat guna yang mendukung pengelolaan sampah mandiri di masyarakat.

"Kami berharap Gelora dapat menjadi langkah nyata dalam penerapan ekonomi sirkular dan pengelolaan sampah berbasis komunitas," ucap Ma’un Budiyanto.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau