Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas Jogja Tembus 36 Derajat Celsius, BMKG Ungkap Kapan Sejuk Kembali

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 11:47 WIB
Dani Julius Zebua,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Warga Kulon Progo dan wilayah Yogyakarta lainnya beberapa hari terakhir mengeluhkan cuaca panas yang sangat menyengat dan gerah—bahkan banyak menyebutnya dengan istilah lokal “panas pol, sumuk pol.”

Fenomena cuaca panas ekstrem ini tentu bukan tanpa sebab.

Baca juga: Suhu Semarang Tembus 36 Celsius, Perantau Pilih Pindah Kos AC hingga Ngadem di Kafe Seharian

Penyebab cuaca panas 

Menurut BMKG, ada beberapa faktor meteorologis yang memicu kondisi tersebut, yaitu: rasa gerah yang intens dipengaruhi gerak semu matahari, lapisan awan menghambat pelepasan panas, dan tingkat kelembapan yang tinggi.

Gerak Semu Matahari

Bambang dari BMKG menjelaskan, saat ini posisi matahari berada di sekitar garis khatulistiwa karena sedang terjadi gerak semu matahari.

Pada saat itu, energi panas yang diterima permukaan bumi menjadi sangat tinggi.

Hal ini mengakibatkan suhu udara terasa jauh lebih panas dari biasanya, menjelaskan mengapa cuaca panas terasa begitu ekstrem.

Tutupan awan

Tidak hanya itu. Panas yang tinggi tersebut kemudian terperangkap di bumi. Pasalnya, terdapat tutupan awan di langit, baik pada siang hingga sore hari. Akibatnya, panas matahari yang seharusnya kembali ke langit malah terhalang awan.

"Awan-awan menghambat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer. Hal ini membuat panas tetap tersimpan di permukaan bumi, dan udara terasa lebih gerah, terutama saat malam,” kata Bambang di ujung telepon, Kamis (16/11/2025).

Baca juga: Cuaca Panas Melanda, Ini Jam-jam yang Perlu Dihindari untuk Aktivitas di Luar

Sirkulasi massa udara panas

Sirkulasi massa udara panas yang tertahan di atas suatu wilayah memperburuk rasa panas dan sumuk.

Cuaca panas luar biasa gerah ini menguat seiring kelembapan udara yang tinggi menjelang hujan turun.

Ketika itu, tubuh kesulitan menyesuaikan suhu. Tubuh lebih sulit mendinginkan diri karena keringat tidak menguap dengan efektif.

"Tubuh tidak bisa menstabilkan panasnya dengan baik. Makanya terasa makin pengap dan sumuk,” ujar Bambang.

Suhu DIY Tembus 36 Derajat Celsius

Data dari alat Automatic Weather Station (AWS) menunjukkan bahwa suhu udara maksimum di wilayah DIY dalam beberapa hari terakhir berkisar antara 33 hingga 36 derajat Celsius.

Misalnya, pada 13 Oktober lalu, suhu maksimum tercatat:

  • Bantul 36 derajat Celsius,
  • Sleman 34 derajat Celsius,
  • Yogyakarta 35 derajat Celsius,
  • Wonosari 33 derajat Celsius,
  • Kulon Progo 32,2 derajat Celsius.

Baca juga: Panas Ekstrem Melanda Palangka Raya hingga 36 Derajat Celcius, BMKG Perkirakan Terjadi hingga Awal November

Kapan Cuaca Akan Lebih Sejuk?

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi Geofisik (BMKG), fenomena ini selalu muncul pada peralihan musim dari kemarau ke hujan di wilayah seperti Kulon Progo dan Jogja pada umumnya.

Pada penghujung masa peralihan musim (pancaroba), maka curah hujan diperkirakan mulai meningkat pada akhir Oktober hingga awal November.

“Musim hujan secara umum mulai masuk pada dasarian ketiga Oktober dan akan berkembang merata di bulan November. Jadi cuaca akan mulai lebih sejuk dalam waktu dekat,” pungkas Bambang.

BMKG mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas luar ruangan pada siang hari, banyak minum air putih, serta menggunakan pelindung diri seperti topi atau payung jika harus berada di luar ruangan dalam waktu lama.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau