KULON PROGO, KOMPAS.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo, Triyono, menyuarakan keprihatinannya atas minimnya jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah mengantongi Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS).
Dari total 21 dapur SPPG yang aktif menyuplai program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kulon Progo, baru tiga yang telah memenuhi standar higienis dan sanitasi sesuai ketentuan Kementerian Kesehatan RI.
Baca juga: 16 Dapur SPPG di Solo Ajukan SLHS, Targetkan Sebulan Rampung
Hal ini terungkap usai Triyono memimpin pertemuan perdana Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Program MBG bersama para koordinator wilayah (Korwil) SPPG di Alun-Alun Wates, Jumat (3/10/2025).
Sebagai Ketua Satgas, Triyono menekankan pentingnya penyamaan persepsi untuk menyukseskan program nasional ini.
"Baru tiga (SPPG) yang memenuhi SLHS dari 21 yang beroperasi. Kami minta ini segera ditindaklanjuti," ujar Triyono.
Menurutnya, pengelola SPPG terkesan santai dan belum menjadikan SLHS sebagai prioritas.
Dari informasi Dinas Kesehatan, proses verifikasi dan pemberian rekomendasi SLHS sejatinya tidak rumit, yakni hanya membutuhkan waktu hingga 14 hari, asalkan seluruh persyaratan sudah lengkap.
Sertifikat ini adalah jaminan mutlak bahwa makanan yang disediakan aman dan layak konsumsi, yang pemeriksaannya meliputi aspek air, bahan baku, hingga kebersihan lingkungan dapur.
Baca juga: Tekankan Keamanan Pangan, Bupati Kebumen Minta Dapur MBG Penuhi Standar SLHS
Dengan 18 dapur belum bersertifikat, Triyono mengakui Dinas Kesehatan akan kewalahan jika harus menyelesaikan verifikasi dalam waktu singkat.
Meski demikian, ia menuntut adanya kemajuan nyata dalam waktu dekat.
"Kami minta laporan rutin dari semua pihak — dari Korwil SPPG, Dinas Kesehatan, hingga aparat TNI-Polri — agar Pemkab bisa turun tangan bila ada kendala. Minggu ini dan minggu depan harus ada progres nyata," tegas Triyono.
Kekhawatiran pemerintah bukan tanpa alasan. Triyono mengingatkan kembali insiden keracunan massal yang pernah terjadi di Kulon Progo.
Pada pertengahan Juni 2025, sejumlah siswa TK di Kalurahan Kedungsari, Pengasih, mengalami gejala keracunan.
Namun, kasus paling besar terjadi pada akhir Juli 2025, ketika sedikitnya 497 siswa dari dua SMP dan dua SD mengalami gejala serupa setelah menyantap makanan dari dapur layanan di Kalurahan Triharjo.
Beruntung, tidak ada korban yang sampai harus dirawat di rumah sakit.