Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Pun Reuni di Tengah Isu dan Tudingan Ijazah Palsu...

Kompas.com, 28 Juli 2025, 05:50 WIB
Krisiandi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Presiden Joko Widodo menghadiri reuni angkatan 1980 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu (26/07/2025).

Jokowi berangkat ke lokasi reuni di Aula Integrated Forest Farming Learning Center, Fakultas Kehutanan UGM, Sleman, DI Yogyakarta, bersama istrinya, Iriana Jokowi, dari kediamannya di Solo, Jawa Tengah.

Dalam acara tersebut, Jokowi berbaur dengan rekan-rekannya semasa kuliah meskipun tidak mengenakan seragam reuni berwarna biru.

Ia memilih kemeja putih lengan panjang, yang merupakan pakaian khasnya saat menjabat sebagai presiden. Jokowi tidak mengenakan baju seragam biru seperti para alumnus yang lain. 

Memaksakan diri

Jokowi mendapat kesempatan untuk menyampaikan sambutan.

Dalam sambutannya, Jokowi mengungkapkan bahwa ia memaksakan diri untuk hadir meskipun masih dalam masa pemulihan setelah mengalami gangguan kesehatan.

Ia tetap memutuskan hadir dalam reuni tersebut lantaran tidak ingin mengecewakan rekan-rekan seangkatannya.

Baca juga: Paksakan Diri Datang Reuni UGM, Jokowi: Kalau Tak Datang, Ramai Lagi Nanti

"Kemarin waktu dihubungi Pak Bambang, ditanya, ‘Datang enggak?’ Kalau enggak datang, tambah palsunya. ‘Ke mana dia?’ Ini saya paksakan datang, betul," ujarnya.

Jokowi melaporkan bahwa sebanyak 67 alumni hadir dalam reuni tersebut.

Ia merasa perlu hadir untuk menghindari spekulasi, terutama terkait isu ijazah palsu yang menerpanya.

"Bayangkan kalau saya enggak datang. Nah, 67 orang ngumpul semua. Jokowi di mana? Rame lagi nanti," kata dia.

Canda ingatkan teman jangan terlalu senang

Presiden ke-7 RI Joko Widodo saat berfoto bersama teman-teman angkatan 80 Fakultas Kehutanan UGM yang hadir dalam reuni.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Presiden ke-7 RI Joko Widodo saat berfoto bersama teman-teman angkatan 80 Fakultas Kehutanan UGM yang hadir dalam reuni.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengaku melihat kegembiraan dalam diri teman-temannya saat nostalgia mengingat kenangan saat kuliah.

Namun, dengan nada bercanda Jokowi mengingatkan rekan-rekannya agar tidak terlalu senang, karena bisa terseret keputusan pengadilan.

Baca juga: Hadiri Reuni Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi: Jangan Senang Dulu Lho karena Ijazah Saya Masih Diragukan

"Jangan senang dulu lho, karena ijazah saya masih diragukan," ujar Joko Widodo.

"Hati-hati nanti keputusan di pengadilan. Begitu keputusannya asli, bapak ibu boleh senang-senang. Tapi begitu tidak, yang 88 juga semuanya palsu," ucapnya, yang disambut tawa para peserta reuni.

Jokowi mengaku heran

Jokowi mengaku heran dengan tudingan mengenai ijazah palsu serta KKN (Kuliah Kerja Nyata) fiktif yang dialamatkan kepadanya.

Ia menekankan bahwa ia telah menjalani kuliah dengan penuh perjuangan, termasuk menyelesaikan KKN dan skripsi.

"Dosen pembimbing skripsi saya adalah Prof Dr Ir Achmad Sumitro. Kemudian skripsi saya diuji oleh Ir Burhanuddin dan Ir Sofyan Warsito. Diuji, ada pengujinya, diragukan lagi," jelasnya.

Baca juga: Pemeriksaan Jokowi di Polres Solo: Ijazah Disita, Jawab 45 Pertanyaan, 2 Nama Jadi Sorotan

Ia juga mengungkapkan bahwa KKN yang dilakukannya berada di Desa Ketoyan, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.

Mengenai status ijazahnya, Jokowi menegaskan bahwa seharusnya masalah ini sudah selesai berdasarkan pernyataan UGM. "Kalau Ibu Rektor sudah menyampaikan ijazahnya dikeluarkan oleh UGM, Bapak Dekan Fakultas Kehutanan juga sudah menyampaikan ijazahnya asli dan saya kuliah di situ, sudah," tegasnya.

Yakin ini terkait politik


Jokowi menyayangkan bahwa isu ijazah tersebut terus digoreng karena kepentingan politik.

"Tapi ya itulah sekali lagi ini politik, bukan urusan asli dan tidak asli. Sudah tahu semuanya itu asli tapi untuk kepentingan politik jadi terjadi hal seperti ini," tuturnya.

Baca juga: Isu Ijazah Tak Kunjung Usai, Jokowi: Ini Politik, Bukan Soal Asli atau Palsu

Di akhir pidatonya, Jokowi menyatakan bahwa apa yang disampaikannya adalah curahan hati kepada teman-teman lamanya.

"Saya rasa itu saja yang ingin saya sampaikan, saya nanti kayak curhat. Tapi memang curhat ke teman-teman ya boleh kan?" ujarnya.

Kata Teman Jokowi

Sementara itu, Ketua Angkatan 80 Fakultas Kehutanan UGM, Arief Hidayat, menjelaskan bahwa tidak ada masalah terkait Jokowi yang tidak mengenakan seragam.

"Enggak apa-apa, Beliau juga punya (seragam yang dipakai reuni)," ujarnya.

Arief menegaskan bahwa seragam untuk reuni bersifat tidak wajib.

Rekan Jokowi yang lain, Mulyono, mengungkapkan bahwa mereka satu angkatan di Fakultas Kehutanan UGM dan lulus pada tahun yang berbeda.

"Iya satu angkatan, dulu kan enggak ada kelas jadi masuknya bareng tahun 80," jelasnya.

Baca juga: Bertemu Mulyono di Reuni UGM, Jokowi: Jangan Nambah Masalah Lagi...

Mulyono menambahkan bahwa Jokowi lulus lebih cepat karena memiliki nilai akademik yang lebih baik.

Mustoha Iskandar, yang juga salah seorang teman seangkatan Joko Widodo, menegaskan keaslian ijazah tersebut.

Baca juga: Soal Ijazah, Teman Seangkatan Kuliah Jokowi Pastikan Asli dan Siap Jadi Saksi

"Pasti asli. Gimana nggak asli, wong teman-temanya masih ada, saksi hidup," ujar Mustoha saat ditemui di sela-sela acara reuni.

Mustoha menyatakan kesiapannya untuk memberikan keterangan jika diminta menjadi saksi.

"Oh siap, kita siap (jadi saksi). Keterangan saksi itu alat bukti nomor satu lho, mosok kita mau berbohong," tuturnya.

Kata Roy Suryo

Pakar Telematika Roy Suryo dan anggota Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) tiba di Bareskrim Polri untuk menghadiri gelar perkara khusus terkait dengan dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Rabu (9/7/2025).Shela Octavia Pakar Telematika Roy Suryo dan anggota Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) tiba di Bareskrim Polri untuk menghadiri gelar perkara khusus terkait dengan dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Rabu (9/7/2025).
Sementara itu, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo Notodiprojo, menegaskan bahwa kehadiran Jokowi dalam reuni tidak akan mengubah persepsinya.

"Kunjungan tadi tidak mengubah apa pun hasil hipotesis sebelumnya, skripsi 99,9 persen palsu, tidak akan bisa terbit ijazah asli," katanya.

Roy Suryo juga menyebutkan bahwa kedatangan Jokowi bukan sebagai alumni, melainkan sebagai pejabat.

"Bajunya beda, hanya datang singkat di Fakultas Kehutanan, bukan di acara intinya," tegasnya.

Baca juga: Langkah Jokowi Reuni UGM Tak Juga Hapus Keraguan Roy Suryo soal Ijazah Palsu

Roy Suryo merupakan ahli yang mendampingi Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA). TPUA adlaah pihak yang melaporkan dugaan ijazah palsu Jokowi ke Bareskrim Polri.

Namun Polri akhirnya menghentikan kasus tersebut setelah memeriksa di laboriatorium forensik dan menyatakan ijazah Jokowi asli.

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau