Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larangan Study Tour Dedy Mulyadi, Kunjungan Wisata Jeep Lava Tour Merapi Anjlok

Kompas.com, 21 Juli 2025, 14:46 WIB
Wijaya Kusuma,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedy Mulyadi, yang melarang kegiatan study tour bagi siswa berdampak besar terhadap sektor pariwisata, khususnya di kawasan lereng Merapi.

Pelaku wisata jeep Lava Tour Merapi mengaku mengalami penurunan kunjungan hingga 65 persen akibat kebijakan tersebut.

Baca juga: Sektor Wisata Jabar Lumpuh akibat Larangan Study Tour, Sopir hingga UMKM Demo ke Gedung Sate

Pada Senin (21/7/2025), sejumlah pelaku wisata ikut aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jawa Barat, Dedy Mulyadi, untuk meminta pencabutan kebijakan larangan study tour.

Para pelaku jeep wisata Lava Tour Merapi turut hadir dalam aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas.

Ketua Asosiasi jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM), Dardiri mengatakan, kehadiran mereka untuk mendukung rekan-rekan pelaku wisata lain yang terdampak kebijakan larangan study tour.

Sejumlah pelaku pariwisata seperti sopir bus pariwisata hingga pengusaha UMKM di Jawa Barat menggelar aksi demonstrasi di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (21/7/2025). Mereka mendesak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mencabut larangan Study tour.Kompas.com/Faqih Rohman Syafei Sejumlah pelaku pariwisata seperti sopir bus pariwisata hingga pengusaha UMKM di Jawa Barat menggelar aksi demonstrasi di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (21/7/2025). Mereka mendesak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mencabut larangan Study tour.

"Kami meminta kebijakan tersebut dikaji ulang. Ya semoga SK (larangan study tour) dicabut karena cukup banyak," ujar Ketua Asosiasi jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Dardiri saat dihubungi, Senin (21/07/2025).

Dardiri menjelaskan, wisatawan yang berkunjung ke destinasi Lava Tour Merapi sebagian besar berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Sehingga, larangan study tour dari Jawa Barat sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha mereka.

“Sangat berdampak sekali. Ada penurunan hingga 65 persen sejak kebijakan larangan study tour diberlakukan,” ungkapnya.

Baca juga: Dispar Yogyakarta Pede Larangan Study Tour Jabar Tak Berdampak pada Kunjungan Wisata Selama Liburan

Biasanya, saat musim liburan sekolah, destinasi Lava Tour Merapi dipenuhi wisatawan. Namun tahun ini, kondisinya jauh berbeda.

“Biasanya saat libur sekolah itu penuh, sampai anak-anak masuk sekolah lagi pun masih ramai. Tapi sekarang tidak, kami cuma mengandalkan wisatawan dari Jateng dan Jatim,” bebernya.

Dardiri juga menuturkan, dalam kondisi normal, satu armada jeep bisa digunakan untuk mengantar wisatawan hingga empat kali dalam sehari. Namun tahun ini, jumlah ritase menurun drastis.

“Intinya memang ada penurunan. Kemarin satu armada hanya dua sampai tiga kali jalan,” ujarnya.

Baca juga: Dispar Yogyakarta Pede Larangan Study Tour Jabar Tak Berdampak pada Kunjungan Wisata Selama Liburan

Jika kekhawatiran pemerintah adalah soal keselamatan siswa saat study tour, Dardiri menyebut ada solusi yang bisa dilakukan, seperti yang diterapkan di Kabupaten Sleman.

“Sleman contohnya, setiap bus sebelum berangkat dicek semua,” ungkapnya.

Komunitas jeep wisata Lava Tour Merapi, lanjut Dardiri, juga rutin melakukan pengecekan armada demi menjaga keamanan dan kelayakan kendaraan.

“Iya, pengecekan armada jeep rutin dilakukan, baik oleh internal maupun oleh pihak berwenang,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau