Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Gunungkidul Labrak Pencatut Namanya, Banting Asbak Lalu Seret Pelaku ke Polisi

Kompas.com, 14 Juli 2025, 15:41 WIB
Markus Yuwono,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS — Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Sulistyarini, menemui langsung seorang pria yang mencatut namanya untuk melakukan penipuan dengan modus menjanjikan kelulusan sebagai aparatur sipil negara (ASN).

Aksi Bupati Endah itu terekam dalam video berdurasi 1 menit 44 detik yang beredar di media sosial.

Dalam video tersebut, Endah terlihat menanyai seorang pria berkepala plontos bertubuh gempal di sebuah rumah, lalu membanting asbak ke lantai di hadapan pria itu.

“Sebenarnya tidak emosi, hanya supaya orang itu tidak kemudian mencatut (lagi) nama orang. Kalau memang benar ya saya katakan benar, kalau tidak ya saya katakan tidak,” ujar Endah saat ditemui di Mapolres Gunungkidul, Senin (14/7/2025).

Baca juga: Tak Biasa, SD Swasta di Gunungkidul Ini Gelar MPLS Tanpa Satu pun Murid Baru

Pelaku Mengaku Bernama Budi, Warga Kediri

Peristiwa itu terjadi pada Minggu (13/7/2025) malam, ketika Endah dalam perjalanan seusai melayat pekerja migran Indonesia (PMI) di Kalurahan Mulusan dan menerima informasi bahwa pelaku berada di Kalurahan Ngawu, Playen.

Ia langsung menuju lokasi dan menanyai pelaku, yang kemudian mengaku bernama Budi, warga Kediri, Jawa Timur.

“Dari pengakuannya, memang dia menerima uang untuk memasukkan orang jadi ASN, tetapi sudah dikembalikan. Tapi kan tetap saja, itu penipuan,” kata Endah.

Budi disebut mengklaim sebagai orang dekat bupati, bahkan sempat mengaku sebagai anggota Brimob dan badan intelijen negara (BIN) saat ditanya langsung oleh Endah.

“Saya tanya mana seragamnya, dan dia bilang Brimob tugas di luar,” ujarnya.

Baca juga: Penyebab Kematian Masih Misterius, Jenazah PMI Asal Gunungkidul yang Meninggal di Taiwan Akan Dipulangkan

Diserahkan ke Polisi

Endah kemudian mengamankan dan membawa pelaku ke Polres Gunungkidul.

Di kantor polisi itu, Budi kembali mengaku terlibat dalam kasus penggelapan mobil rental.

Menurut Endah, Budi bukan warga lokal dan justru menyasar masyarakat Gunungkidul sebagai korban.

“Ini tidak boleh, kita tidak bisa menerima drop-dropan bandit dari luar Gunungkidul,” tegasnya.

Selain kasus ini, Endah juga menyebut tengah melacak seorang pelaku lain yang mencatut namanya untuk urusan penataan jabatan ASN, seperti kenaikan pangkat atau rotasi.

“Satu lagi yang memang terindikasi mencatut atas nama bupati untuk penataan jabatan,” ujarnya.

Endah mengaku telah mengantongi bukti video dan menegaskan langkah ini diambil untuk melindungi nama baiknya dan masyarakat Gunungkidul.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau