YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Suara doa berbahasa Jawa disertai asap pembakaran kemenyan mengudara di Pelabuhan Pantai Sadeng, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (9/7/2025), saat nelayan dan warga menggelar tradisi Petik Laut atau Sedekah Laut.
Dalam prosesi sakral itu, sesaji berupa tumpeng, kembang, dan kepala kambing dilarung ke laut lepas sebagai ungkapan syukur atas hasil tangkapan setahun terakhir.
Baca juga: Tradisi Balon Udara Wonosobo Resmi Jadi Kekayaan Intelektual Komunal
Di tengah doa warga yang dipimpin sesepuh pantai Sadeng, ada satu buah gunungan berisi hasil bumi, dan sebuah miniatur rumah yang berisi sesaji.
Sebelumnya dilakukan kirab budaya dan arak-arakan menuju di sekitar dermaga atau lokasi doa, hingga puncak acara diwarnai ritual larung sesaji.
Ritual larung sesaji menggunakan belasan kapal milik nelayan untuk membuang sesaji di tengah laut. Adapun, isi sesajian itu berupa Tumpeng Megono, kembang wangi tujuh warna, dan kambing.
"Untuk kambing, dulunya memakai kerbau namun karena mahal diganti dengan kambing, itu sejak tahun 1985. Pakainya itu jenis kambing kendit, dan yang dilarungkan hanya bagian kepala, kulit, dan isi perutnya saja. Sedangkan, dagingnya dimasak," kata Ketua Paguyuban Nelayan Sadeng, Sarpan saat ditemui di lokasi hari ini.
Dia mengatakan tradisi ini dilakukan turun temurun sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil nelayan selama setehun terakhir. Selain itu menjaga agar tradisi ini tetap lestari.
"Tradisi ini tidak hanya sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga nguri-nguri budaya peninggalan para leluhur. Kegiatan ini juga sebagai upaya melestarikan warisan budaya nenek Moyang, jangan sampai direbut negara lain," kata dia.
Ketua Panitia Petik Laut di Pelabuhan Sadeng, Parmin mengatakan, tradisi Petik Laut sudah berlangsung secara turun termurun dan digelar setiap tahun pada Bulan Suro atau Muharam. Selain tradisi budaya, juga dilakukan kegiatan yang lain seperti olah raga.
"Dimulai sejak 2 Juli 2025 dengan penyelenggaraan turnamen voli. Selanjutnya, 7 Juli 2025 dengan pentas campur sari dan puncaknya hari ini dengan menggelar upacara Petik Laut yang ditutup dengan pementasan wayang kulit di malam hari,” kata Parmin.
"Ucapan rasa syukur karena tangkapan yang diperoleh nelayan," kata dia.
Baca juga: Tradisi Merdi Desa di Tanggulangin Kebumen: Wujud Syukur atas Hasil Bumi dan Laut
Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih menyampaikan petik laut bukan sekadar tradisi budaya, melainkan juga media kuat untuk mempererat solidaritas nelayan, menjaga kelestarian budaya, mendongkrak ekonomi lokal, dan menghadirkan penghormatan kepada laut sebagai sumber kehidupan.
Pelabuhan Sadeng merupakan sentra produksi ikan terbesar di Gunungkidul dan DIY, karena tangkapan yang diperoleh para nelayan untuk memenuhi kebutuhan ikan di Gunungkidul maupun luar daerah.
Endah berharap masyarakat dan nelayan menjajga kebersihan di lokasi pelabuhan. Pemerintah menyiapkan program salah satunya rencana membentuk Kampung Nelayan Merah Putih di kawasan ini.
"Sudah direncanakan dan mudah-mudahan keberadaan Sadeng bisa semakin berkembang dengan pesat," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang