Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gibran Panen Tebu di Sleman, Didampingi Titiek Soeharto dan Menteri Pertanian

Kompas.com, 8 Juli 2025, 14:59 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ikut turun ke lahan memanen tebu di Kelurahan Sendangtirto, Berbah, Sleman, Selasa (8/7/2025).

Gibran didampingi Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, Menteri Pertanian, dan Panglima TNI dalam kegiatan rembuk tani yang digelar oleh Pupuk Indonesia.

Menteri Pertanian, Panglima TNI, Direktur Utama Pupuk Indonesia, serta puluhan petani juga hadir dalam acara tersebut.

Baca juga: Saat Catatan Kecil Gibran Nyangkut di Tas Ibu-ibu…

Panen tebu berlangsung dalam rangka kegiatan Rembuk Tani yang diinisiasi oleh PT Pupuk Indonesia. Gibran menggunakan kesempatan itu untuk berdialog langsung dengan para petani dan mendengarkan keluhan mereka.

"Tadi sudah berdialog dengan para pelaku dan petani. Banyak masukan-masukan terkait perairan, pompanisasi, hama, terkait pupuk, bibit dan terkait KUR tani. Kedepan akan kami segera tindaklanjuti. Pak menteri selalu gerak cepat. Dari Presiden sendiri selalu memberikan perintah intruksi langsung ke bawahnya, terutama untuk swasembada pangan," kata Gibran dikutip dari TribunJogja, Selasa (8/7/2025).

Dalam kegiatan tersebut, Gibran juga menegaskan target pemerintah untuk mencapai swasembada gula konsumsi tahun depan. Target ini merupakan instruksi langsung dari Presiden RI Prabowo Subianto.

"Dari Pak Presiden sudah memberikan instruksi langsung ke Pak Menteri, tahun depan harus swasembada gula konsumsi. Dan juga 2027 paling lambat 2028, kita harus swasembada gula," ujarnya.

Baca juga: Rayyan Viral! Si Bocah Pacu Jalur Bikin Wapres Gibran dan Gubernur Riau Ikut Aura Farming

Sementara itu, Titiek Soeharto mendorong pemerintah agar mempercepat capaian swasembada, baik untuk beras maupun gula. Ia meminta agar impor dihentikan.

"Intinya jangan ada import import lagi. Jadi kami mendorong agar kementerian pertanian yang terkait dengan pangan ini bisa memberikan bantuan bantuan sebanyak mungkin kepada para petani sehingga swasembada bisa segera tercapai secepatnya, sebagaimana yang diinginkan," kata Titiek.

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengatakan rembuk tani menjadi forum rutin untuk menjembatani kebutuhan petani dengan pemerintah dan penyedia sarana produksi.

"Rembuk tani ini kumpul kumpul untuk bisa sharing, bertukar informasi tukar pemikiran supaya bisa meningkatkan produktivitas pertanian," ujarnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Ada Wapres Gibran di Rembuk Tani Berbah Sleman

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau