Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru di Gunungkidul Tunaikan Nazar Jelang Pensiun, Lari 27 Kilometer ke Sekolah

Kompas.com, 1 Juli 2025, 05:00 WIB
Markus Yuwono,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Menjelang masa pensiun pada 1 Juli 2025, seorang guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di SD Negeri Giritirto, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjalankan nadzar unik: berlari sejauh 27 kilometer dari rumah ke sekolah.

Guru tersebut adalah Pujiyono (60), warga Nanggulan, Gadingsari, Sanden, Bantul.

Ia berlari dari rumah menuju SDN Giritirto, Purwosari, Gunungkidul, pada Kamis (26/6/2025) pagi sebagai bentuk perpisahan sekaligus nazarnya menjelang purna tugas.

"Betul beliau adalah guru SDN Giritirto, lari dari rumah ke sekolah jaraknya sekitar 27 km," ujar Kepala Dinas Pendidikan Gunungkidul, Nunuk Susilowati, saat dihubungi, Senin (30/6/2025) malam.

Baca juga: Kisah Inspiratif Dua Guru NTT: Bantu Ibu Tunggal Hidupi 8 Keponakan dan Cucunya di Rumah Reyot

Berangkat Subuh, Disambut Murid di Garis Akhir

Pujiyono memulai perjalanan lari sekitar pukul 05.30 WIB, usai berpamitan dengan sang istri.

Saat itu, kegiatan belajar mengajar sedang tidak berlangsung karena siswa sedang menerima rapor.

“Tanggal 1 Juli saya purnatugas dan saya bilang ke teman-teman saya di SDN Giritirto kalau mau nazar lari dari rumah ke sekolah,” kata Pujiyono, memulai ceritanya.

Ia mengaku sempat mendapat larangan dari rekan-rekannya karena jarak tempuh yang cukup jauh. Namun, ia tetap bersikeras.

“Teman-teman sempat menyarankan untuk jangan melakukan itu karena jarak tempuh yang jauh,” ujarnya. “Saya kuat-kuatin yang penting sampai finis meski akhirnya pingsan tidak apa-apa,” tambahnya sambil tertawa.

Baca juga: Sekolah Rusak 5 Tahun, Siswa di Seluma Belajar di Bawah Pohon dan Rumah Dinas Guru

Selama berlari, Pujiyono sempat dua kali berjalan kaki saat melewati tanjakan.

Meski demikian, ia tidak berhenti. Beberapa rekannya mengikutinya menggunakan sepeda motor dan mobil.

"Kalau tidak dibuntuti rekan-rekan saya hanya lari pelan-pelan dan jalan saja. Tapi karena dibuntuti itu saya agak gengsi, malu dan terpaksa lari tapi tidak seperti pelari profesional," ucapnya.

Ia mencapai sekolah sekitar pukul 08.30 WIB dan disambut para siswa yang telah berbaris di pinggir jalan. Menjelang garis finis, Pujiyono bahkan melakukan sprint sejauh 100 meter karena semangat.

Guru Olahraga Sejati

Pujiyono telah mengabdikan diri sebagai guru PJOK selama 39 tahun. Ia sempat mengajar di SDN Paliyan 4 selama 6 tahun sebelum pindah ke SDN Giritirto, tempat ia mengajar selama lebih dari tiga dekade.

Selama kariernya, ia aktif mengembangkan berbagai cabang olahraga seperti lari, catur, dan tenis meja. Banyak siswanya yang berhasil menjuarai lomba lari tingkat kabupaten.

“SDN Giritirto pernah juara 1 se-Gunungkidul, juara 2, 3 dan 10 besar, pasti dapat nomor di kejuaraan tahunan di Gunungkidul,” kata dia.

Meski dikenal sebagai pelari, Pujiyono tidak berencana menjadi pelatih lari selepas pensiun. Ia lebih memilih menekuni tenis meja yang telah digelutinya sejak 1993.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau