KULON PROGO - Sebanyak 30-35 persen remaja putri menderita anemia di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penyakit ini membuat pemerintah di daerah waspada.
Pasalnya, penyakit ini bisa mempengaruhi gangguan belajar pada anak.
Sementara itu, pada ibu hamil, anemia dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.
“Kita mesti ada pengendalian agar anak remaja kita terbebas dari anemia. Anemia ini merupakan penyebab dan dominan lahirnya anak stunting,” kata Sri Budi, Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Senin (23/6/2025).
Baca juga: Anemia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan yang Perlu Diketahui
Sri Budi mengungkapkan, prevalensi anemia di Kulon Progo tidak jauh dari rata-rata nasional.
Sementara itu, prevalensi anemia di Indonesia mencapai 32 persen berdasarkan Riskesdas 2018.
Sri Budi mengungkapkan, kondisi kekurangan zat besi merupakan penyebab paling umum dari anemia.
Gejalanya bisa ringan, sedang, atau pun berat.
Penderita akan terlihat pucat, loyo, tidak semangat, dan kurang fit.
Pada pelajar, kondisi ini bisa mengakibatkan ketidakfokusan dalam belajar, yang berpengaruh pada kognitif dan prestasi belajar karena kurang konsentrasi dan fokus.
Selain itu, hal ini berdampak pada penurunan daya tahan tubuh dan gangguan pertumbuhan remaja.
Remaja putri memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki.
Baca juga: IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Anemia di Indonesia biasanya disebabkan oleh persoalan asupan makanan, seperti kurangnya zat besi yang bisa diperoleh dari telur, susu, hati, sayur, dan daging.
“Karena pola makan remaja sekarang cenderung makanan cepat saji, sehingga soal gizi kurang,” kata Sri Budi.