KULON PROGO, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, sedang menyelidiki dugaan makanan basi yang dikonsumsi oleh pelajar dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Insiden ini dilaporkan menyebabkan beberapa pelajar mengalami sakit perut, muntah, dan diare.
Sejumlah orangtua siswa TK TK ABA Kasatriyan di Kulonprogo melaporkan kepada pihak sekolah bahwa anak-anak mereka mengalami muntah dan diare setalah pagi harinya menyantap MBG, Selasa (17/6/2025).
Baca juga: Program MBG di Palangka Raya Belum Merata, Baru 3 Dapur Beroperasi
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo telah menerjunkan tim dari Puskesmas Wates untuk mengambil sampel makanan serta melakukan penyelidikan di sekolah-sekolah yang terlibat.
"Dinkes dan Puskesmas telah menindaklanjuti. Yang utama adalah mengamankan sampel dulu," ujar Sri Budi, Kepala Dinkes Kulon Progo, di ruang kerjanya, Kamis (19/6/2025).
Setelah sampel makanan diambil, pihak Dinkes mengirimkannya ke laboratorium untuk diuji.
Selain itu, Puskesmas juga mengumpulkan keterangan dari sekolah, orangtua, dan pelajar yang mengalami gejala sakit.
"Sampai hari ini tidak ada yang kondisinya menjadi lemah atau memburuk, tapi tetap baik. Kami menelusuri dengan tujuan akhir agar kejadian serupa tidak terulang," kata Budi.
Budi juga berharap agar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dapat belajar dari kasus ini dan meningkatkan standar operasional, terutama dalam hal sanitasi, pemilihan bahan makanan, serta penyimpanan.
"Sekolah juga harus cermat. Mereka harus memeriksa makanan yang akan dikonsumsi anak-anak agar kejadian serupa tidak terulang," tambahnya.
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kalurahan Kedungsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.Baca juga: Makanan Diganti Bahan Mentah, Anggota DPR Sindir MBG Seperti Bagi-bagi Sembako
Sekretaris Dikpora Kulon Progo, Nur Hadiyanto, menjelaskan bahwa timnya telah bertemu dengan kepala SPPG di Kalurahan Kedungsari, lokasi produksi makanan yang bermasalah.
Ditemukan dugaan kesalahan dalam prosedur operasional standar (SOP) saat memasak mi, yang diduga dimasak terlalu awal sehingga menjadi basi saat disajikan.
"Miskalkulasi waktu. Karena durasi lama, mi jadi basi," ungkap Nur.
Nur juga mengapresiasi langkah cepat SPPG yang segera menarik menu yang telah dikirimkan dan membatalkan pengiriman pada hari Selasa.