Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Jateng soal Banjir Demak: Sungai Tanggung Jawab Pusat, tapi Kita Tidak Tinggal Diam

Kompas.com, 25 Mei 2025, 18:37 WIB
Nur Zaidi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEMAK, KOMPAS.com – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam terkait banjir yang melanda Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Banjir di wilayah tersebut telah berlangsung lebih dari satu bulan, disebabkan limpasan sungai yang tak mampu menahan debit air, ditambah campuran air rob dari laut.

"Sungai itu kan tanggung jawab Pemerintah Pusat, tetapi kita tidak tinggal diam, artinya saya besok sudah rapat, kemarin sudah rapat bahwa proyek nasional terkait PSN adalah giant sea wall," kata Luthfi saat meninjau banjir di Sayung, Minggu (25/5/2025).

Ia menjelaskan, pembangunan giant sea wall atau sabuk pantai menjadi solusi utama untuk mengatasi banjir di Demak, meskipun penyelesaiannya baru ditargetkan pada 2027.

Baca juga: Update Banjir Rob Sayung Demak Hari Ini, Sejumlah Sepeda Motor Mogok

"Untuk mengatasi itu saya tidak akan berlama-lama, maka ada penyelesaian jarak dekat dan jarak panjang," ujar dia.

Untuk solusi jangka pendek, lanjut Luthfi, pihaknya telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan lokalisasi warga terdampak banjir.

"Kalau perlu kita siapkan pompa, bentuk tanggul-tanggul di masing-masing kampung, sehingga untuk menuju tahun 2027, giant sea wall sudah berdiri, minimal kita siap," sambung dia.

Ia juga menegaskan, pada poin kedua terkait pendangkalan sungai, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) akan mulai melakukan normalisasi.

"Khusus aliran sungai ini, kita sudah koordinasi untuk besok BBWS harus punya kegiatan dengan kita, solusi terkait normal," katanya.

Baca juga: Banjir Rob Demak, Polisi Bertahan di Atas Meja dan Videonya Viral

Sementara itu, Bupati Demak Eisti’anah yang turut mendampingi Gubernur, menjelaskan bahwa banjir di Dusun Lengkong, Desa Sayung, terjadi akibat aliran sungai tidak bisa mengalir ke laut karena rob.

"Khusus Lengkong ini memang limpasan atau kiriman dari sungai di Kota Semarang yang harusnya lari ke Ngepreh, tapi karena Sungai Dombo rob-nya tinggi, akhirnya tidak bisa lari ke muara," kata Eisti’anah.

Ketika ditanya soal penyebab banjir yang berlarut, Eisti’anah menyebut selain faktor rob dan limpasan sungai, juga terkendala anggaran bahan bakar untuk pompa air.

"Memang jadi kendala juga BBM, ini tahun 2026 kita akan menganggarkan BBM ditanggung APBD. Tadi Pak Gubernur juga menawarkan kalau bupati tidak mampu nanti ditanggung Pemerintah Provinsi," ungkapnya.

Eisti’anah memastikan penanganan banjir Sayung akan dilakukan secepat mungkin, dengan bantuan BBWS dan Pemprov Jateng melalui pompanisasi.

"Mengoptimalkan pompa, tadi Pak Gubernur sudah menyampaikan, baik dari BBWS, Pusdataru, provinsi," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau