YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Segoro Amarto reborn bukan sekadar motif batik baru, tapi cerminan semangat gotong royong khas Yogyakarta.
Diperkenalkan kembali oleh Pemkot Yogyakarta, batik ini menggabungkan simbol-simbol kota Yogyakarta seperti Tugu Jogja, pulpen, sawo kecik, dan pohon asem yang sarat filosofi kehidupan dan pendidikan.
Baca juga: Segoro Amarto, Batik Khas Yogyakarta Diluncurkan untuk ASN dan Pelajar
Segoro Amarto Reborn ini nantinya akan digunakan oleh para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan juga pelajar di tingkat SD hingga SMP.
Pada motif batik Segoro Amarto, terdapat beberapa motif batik. Seperti motif Parang yang berarti tinggi derajatnya dan Kawung bermakna kehidupan yang harmonis dan menjaga keseimbangan alam.
Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo mengatakan batik Segoro Amarto reborn ini memiliki berbagai unsur ciri khas Kota Yogyakarta.
Ia mengatakan batik segoro amarto reborn berasal dari tiga perajin pemenang desain motif batik Segoro Amarto reborn.
"Muncul ciri khasnya, ada gunungannya Segoro Amartonya, Tugu, ada ciri khas asem (pohon), lampu, burung itu, kemudian ada pulpen menandakan kota pelajar, kemudian ada sawo kecik itu juga ciri khas kota Yogyakarta itu di Haki-kan," katanya, Jumat (23/5/2025).
Dia menambahkan Haki Segoro Amarto Reborn ini dimiliki oleh Pemkot Yogyakarta, artinya yang berhak memproduksi adalah Pemkot Yogyakarta melalui perajin batik yang ada di Kota Yogyakarta untuk tingkatkan ekonomi pembatik.
Totok, sapaan akrabnya menyampaikan, Koperasi Merah Putih akan menjadi garda depan dalam produksi dan pemasaran motif baru Batik Segoro Amarto.
Dengan hampir 100 anggota pengrajin batik, koperasi ini akan diberdayakan untuk memastikan produksi tetap berada di tangan warga Yogyakarta.
“Koperasi akan membantu bahan baku dan pemasaran. Harapannya anggota bisa memproduksi dari rumahnya. Untuk pembelian, konsumen juga diarahkan melalui koperasi. Ke depan, koperasi ini juga akan membina pembentukan lima koperasi kecil untuk pemerataan produksi dan distribusi,” ujarnya.
Baca juga: Di-Blacklist Perusahaan Garmen karena Bela Sesama Pekerja, Kini Amoy Produksi Batik Sendiri
Sementara itu, Pemenang lomba perancang motif baru batik Segoro Amarto, Aruman mengatakan, desain batik Segoro Amarto dalam finishingnya dibantu oleh para kurator.
Namun, unsur yang digali dalam batik yang dibuat tidak terlepas dari simbol Segoro Amarto yang berarti Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto.
“Saya menggabungkan gambar tugu jogja, buku, pulpen, pelso bulu 10, truntum, dan canting sebagai kota batik dunia, serta segoro amarto atau gunungan. Selain itu, unsur yang lain ditambahkan oleh para kurator seperti asam jawa dan sawo kecik. Semua unsur tersebut tetap mempertahankan motif batik yang lama dan bentuk penyegaran,” katanya dalam keterangan tertulis.
Ia berharap, dengan regulasi yang dibuat, motif baru batik Segoro Amarto dapat menghidupkan kembali penjualan produk lokal. Sehingga perekonomian Kota Yogyakarta semakin meningkat.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang