Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Sekolah di Yogyakarta Minta Program MBG Dihentikan pada Tahun Ajaran Baru

Kompas.com, 7 Mei 2025, 06:29 WIB
Sari Hardiyanto

Editor

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pihak SMKN 4 Yogyakarta mengusulkan agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) dihentikan mulai tahun ajaran baru mendatang.

Alasannya, program Makan Bergizi Gratis tersebut dinilai menambah beban kerja bagi karyawan sekolah serta memengaruhi aktivitas pembelajaran dan operasional lainnya.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 4 Yogyakarta Widiatmoko Herbimo menjelaskan bahwa pihaknya telah menyampaikan permintaan kepada penyelenggara program MBG agar program tersebut tidak lagi dilanjutkan di sekolah mereka.

"Karyawan yang harus kerja nunggu MBG. Harusnya buat laporan keuangan, laporan keuangan baru bisa dilakukan sore. Iya mengganggu kegiatan," ujarnya saat dihubungi, Senin (5/5/2025).

Baca juga: Nesha Kharisma Putri, Remaja Desa dari Purworejo yang Tembus PTN berkat Prestasi Voli

Menurut Widiatmoko, setiap kali makanan MBG datang, karyawan sekolah harus mengatur koordinasi dengan siswa.

Setelah selesai makan, mereka juga bertugas mengumpulkan kembali wadah makanan.

Tugas-tugas tambahan ini mengalihkan waktu dan tenaga yang semestinya digunakan untuk pekerjaan utama karyawan.

Baca juga: Profil Intiyas Utami, Rektor Perempuan Pertama UKSW

Baca juga: Profil Intiyas Utami, Rektor Perempuan Pertama UKSW

Dana program MBG lebih bermanfaat untuk sarana prasarana

Selain itu, pihaknya menyampaikan bahwa sejak SMKN 4 Yogyakarta berstatus sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), beberapa pihak merasa omzet usaha kantin sekolah ikut menurun.

"Kedua kami juga sudah BLUD, ya banyak yang ngeluh omzet turun," katanya.

Ia juga menyarankan agar program MBG dialihkan ke sekolah-sekolah yang memiliki jurusan teknik, bukan ke sekolah yang fokus pada tata boga seperti SMKN 4.

"Kalau bisa ke sekolah-sekolah teknik, bukan kayak kami di boga karena kami targetnya makanan. Kalau teknik kan beda," lanjutnya.

Baca juga: Serba-serbi Makan Bergizi Gratis di Kulon Progo, dari Kehabisan, Omprengan Bau dan Nasi Keras

Menurutnya, dana program MBG akan lebih bermanfaat bila dialokasikan untuk peningkatan sarana dan prasarana di sekolah.

Dengan jumlah murid yang mencapai ribuan, SMKN 4 Yogyakarta membutuhkan ruang kelas berukuran besar yang lebih nyaman untuk belajar.

"Kalau pakai kipas angin kan gerah jam 12, jam 1. Mohon maaf, kalau uang sehari Rp 12 juta satu kali makan, kalau dibelikan AC kan kita lebih nyaman belajarnya," tutur Widiatmoko.

Baca juga: Soal Makan Bergizi Gratis di Jateng, Sekda: Masih Menunggu Arahan

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Suhirman, menyatakan bahwa hingga kini pihaknya belum menerima laporan resmi dari SMKN 4 Yogyakarta mengenai permintaan tersebut.

Namun, ia menegaskan bahwa keputusan penghentian program MBG tidak berada di tangan Disdikpora.

"Kita nanti klarifikasi ke sekolah. Kami menyediakan sekolahnya dan yang menentukan SPPG," ujar Suhirman.

Ia juga menambahkan bahwa jika ada pergantian sekolah penerima MBG, prosesnya tidak bisa dilakukan secara instan karena harus melalui persetujuan Tim Seleksi dan Pengendali Program (SPPG).

"Tergantung dari SPPG, apakah pengganti lebih dari 3 km atau tidak. Kalau kurang dari 3 km kan memungkinkan. Tapi kita akan koordinasikan dulu," ucapnya.

Baca juga: Pengalaman MBG di Sukoharjo, Siswa: Yang Kemarin Itu Ayamnya kayak Sudah Bau, Berlendir

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau