Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Shafira Pecatur Muda dari Sleman, Juara Asia dan Tembus Piala Dunia

Kompas.com, 4 Mei 2025, 12:14 WIB
Wijaya Kusuma,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - "Usaha tidak akan mengkhianati hasil." Ungkapan ini tepat menggambarkan perjalanan Herfesa Shafira Devi, seorang pecatur muda berbakat asal Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di usianya yang masih 16 tahun, Shafira telah meraih prestasi luar biasa, termasuk peringkat pertama di Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025 Kategori Putri dan kesempatan untuk mewakili Indonesia di Piala Dunia Catur 2025.

Catur: Warisan Keluarga

Shafira lahir di keluarga yang sederhana, yang saat ini tinggal di Jalan Sejahtera Samberembe, Selomartani, Kapanewon Kalasan.

Kebahagiaan terpancar dari wajah Erliyansah dan Dewi Rochana, orang tua Shafira, ketika menceritakan perjalanan catur putri mereka.

"Catur bukanlah hal asing bagi kami. Ayah saya hobi bermain catur, yang kemudian saya turunkan ke Shafira. Jadi memang ada gen catur yang kuat," ungkap Erliyansah saat ditemui di rumahnya di Sleman, Sabtu (3/5/2025), sambil mengenang masa-masa awal.

Baca juga: Pecatur Muda Asal Sleman Shafira Raih Tiket Piala Dunia Catur 2025

Dengan pengalaman sebagai mantan atlet catur, Erliyansah mulai mengenalkan permainan ini kepada Shafira sejak usia 3 tahun.

Ia tidak langsung mengajari teknik, tetapi lebih kepada membangun rasa ketertarikan.

"Psikologisnya dibangun supaya senang dengan catur. Saya bawa keliling melihat orang-orang bermain, hingga Shafira mulai bertanya, 'Itu apa, ayah?'" kenang Erliyansah.

Awal Karier dan Keberhasilan

Saat Shafira berusia 6 tahun, ia mulai merasakan keinginan untuk berpartisipasi dalam turnamen.

Namun, Erliyansah meminta putrinya untuk bersabar dan mengamati terlebih dahulu.

"Saya ingin memastikan mentalnya siap," jelasnya.

Pada akhirnya, ketika Shafira mengikuti turnamen pertamanya di O2SN, meski mengalami keterlambatan dan hanya meraih juara dua, semangatnya tak padam.

Baca juga: Sindikat Narkoba di Lapas Balikpapan yang Dikendalikan Direktur Persiba Catur Adi

"Melihat perkembangannya, saya kirim lagi kejuaraan Kejurkab Sleman, dan Shafira berhasil menjadi juara," urai Erliyansah.

Setelah itu, Shafira terus meraih prestasi demi prestasi, termasuk mencatatkan sejarah di Kejuaraan Nasional dengan poin sempurna.

"Dia tidak pernah kalah dalam semua pertandingan," puji Erliyansah.

Berjuang Menuju Piala Dunia

Tahun ini, Shafira mengikuti Kualifikasi Piala Catur Dunia 2025 Zona 3.3 di Ulaanbaatar, Mongolia.

Meskipun bersaing dengan pecatur-pecatur berpengalaman, Shafira berhasil lolos.

"Dia tidak memiliki gelar, sedangkan lawannya sudah meraih gelar," ungkap Erliyansah.

Keluarga Shafira merasa bangga dan bersyukur atas pencapaian ini.

Dalam turnamen, Shafira sempat mengalami kekalahan yang membuatnya merasa sedih.

Namun, Erliyansah memberikan dukungan penuh, "Jangan menyalahkan permainan. Permainanmu sudah bagus luar biasa, ayah salut," tuturnya.

Komitmen dan Ketekunan

Erliyansah dan Dewi Rochana saat menunjukan piagam serta medali yang diraih oleh putri mereka Herfesa Shafira Devi.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Erliyansah dan Dewi Rochana saat menunjukan piagam serta medali yang diraih oleh putri mereka Herfesa Shafira Devi.
Shafira tidak hanya berbakat, tetapi juga merupakan sosok yang tekun dalam berlatih.

Ia berlatih setiap hari, meski tidak terikat pada waktu tertentu.

"Setiap hari ada latihan, minimal untuk mengulang strategi," kata Erliyansah.

Baca juga: Dari Sleman ke Dunia, Shafira Devi Siap Berlaga di Piala Dunia Catur 2025

Shafira juga sering menonton pertandingan catur melalui laptop, bahkan rela bangun malam demi mempelajari taktik dan strategi catur.

Sebagai orangtua, Erliyansah mengajarkan metode yang sama kepada adik-adik Shafira, sehingga empat adiknya juga berprestasi di bidang catur.

"Mereka senang dengan catur, karena dibangun dengan rasa suka bukan paksaan," ungkap Erliyansah.

Komitmen untuk Membangun Catur di Sleman


Erliyansah tak hanya berfokus pada perkembangan putrinya, tetapi juga berkomitmen untuk melatih anak-anak lainnya di Sleman.

Ia melakukan ini secara gratis tanpa memungut biaya, dengan harapan melahirkan atlet-atlet catur baru di daerahnya.

"Saya niatnya membangun catur di Sleman dan DIY," ujarnya.

Melihat perjalanan Shafira, Erliyansah berharap agar anaknya terus mengembangkan kemampuannya dan menjadi inspirasi bagi pecatur muda lainnya.

"Mudah-mudahan ini terus berlanjut, terus melahirkan atlet-atlet yang baru," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau