Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Juli Komentari Ceramah Anies, Ketua Takmir Masjid UGM Buka Suara

Kompas.com, 7 Maret 2025, 13:58 WIB
Wijaya Kusuma,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ceramah Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM, Senin (3/3/2025) kemarin dikomentari oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni di akun Twitternya.

Terkait hal tersebut, Ketua Takmir Masjid Kampus UGM Mohamad Yusuf mengakui bahwa setiap apa yang dikatakan oleh Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 pasti akan dikomentari.

"Terkait dengan (ceramah) Pak Anies, beliau ini kan memang ngomong apapun pasti dikomentari," katanya kepada Kompas.com, Jumat (7/3/2025).

Yusuf menuturkan bahwa tidak hanya Anies Baswedan, sejumlah tokoh yang telah mengisi ceramah di Masjid Kampus UGM dalam acara Ramadhan Public Lecture arah bicaranya juga sama.

Baca juga: Isi Ceramah di Masjid Kampus UGM, Anies Baswedan: Pendidikan Bukan soal Makan, tapi...

Para pembicara saat mengisi ceramah di Masjid Kampus UGM juga menyampaikan kegelisahan yang sama.

"Yang menyampaikan itu bukan hanya Pak Anies, banyak pembicara di tiga kegiatan RDK (ramadhan di kampus) itu topik-topiknya dan pembicaranya juga kurang lebih sama, menyampaikan kegelisahan yang sama. Jadi kalau hanya melihat Pak Anies saja itu salah, menurut saya," ungkapnya.

Diungkapkan Yusuf, harus dilihat juga bahwa Anies Baswedan mengisi ceramah di masjid, tetapi bukan masjid pada umumnya.

Anies Baswedan berbicara di masjid kampus dalam hal ini di lingkungan Kampus UGM.

Sehingga, seperti unit kampus yang lain di UGM, masjid kampus menjadi satu media untuk membangun nalar kritis.

"Jadi kampus itu kan salah satu aspek utamanya adalah pembangunan nalar kritis bagi civitas akademika. Nah, saya pikir konsep itu juga diemban oleh masjid, karena dia ada di lingkungan kampus," ujarnya.

Baca juga: Isi Ceramah di Masjid UGM, Anies Baswedan: Suasana di Sini Terang Benderang, Siapa Bilang Gelap?

Nalar kritis ini, lanjut Yusuf, menjadi modal bagi semua untuk melihat satu fenomena ceramah lebih komprehensif dan objektif.

Sehingga menjadi sesuatu yang wajar ketika yang disampaikan oleh pembicara arahnya mengkritisi kebijakan negara.

"Ketika ada topik yang disampaikan oleh pembicara yang arahnya mengkritisi kebijakan negara, kebijakan negara itu bukan hanya pemerintah, tetapi juga kebijakan legislatif, kebijakan yudikatif, menurut saya itu hal yang wajar. Karena itu bagian dari membangun nalar kritis di kampus, salah satunya melalui masjid," kata Yusuf.

Mengapa pilih Anies?

Ia lantas menjelaskan bawah kehadiran Anies terkait dengan program Ramadhan di Kampus (RDK) yang mengangkat tema Ramadhan Berdaya.

Ia menyebutkan, sosok Anies tepat untuk membawakan tema tersebut.

"Awal itu kami merumuskan tema besar untuk Ramadhan tahun ini. Untuk kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK), tema besarnya adalah Ramadhan Berdaya, pembangunan yang inklusif dan sebagainya," ujarnya.

Yusuf menyampaikan tema besar tersebut kemudian dirumuskan untuk tema-tema turunannya, terkait dengan ekonomi, pendidikan, infrastruktur, dan aspek-aspek lain.

Setelah merumuskan tema tersebut, kemudian mencari pembicara yang memiliki kapasitas untuk memberikan materi sesuai dengan tema tersebut.

"Kami juga membuat TOR, jadi setiap tema itu pasti ada term of reference-nya. Apa yang menjadi dasar pemilihan tema, apa yang kami harapkan topik yang dibawakan oleh pembicara. Itu yang kami berikan kepada pembicara dan diharapkan pembicara itu berpegangan kepada TOR yang kami berikan," ucapnya.

Baca juga: Jawaban Lucu Ganjar Saat Ditanya Puan di Ceramah Masjid Kampus UGM

Di sisi lain, Yusuf menjelaskan bahwa kegiatan Ramadhan Di Kampus (RDK) UGM sudah berlangsung puluhan tahun.

RDK menjadi tradisi yang sampai saat ini masih terus dirawat.

"Kami mengidamkan masjid ini bukan hanya menjadi satu ruang terbangunnya spiritualitas, tetapi juga terbangunnya intelektualitas," ujarnya.

Sehingga, topik-topik yang diusung dalam RDK UGM ini tidak hanya berkaitan dengan teologi keagamaan Islam, tetapi juga berkaitan dengan aspek sosial kemasyarakatan.

"Kalau melihat keseluruhan mulai topik besarnya sampai dengan topik turunannya itu menunjukkan bahwa kami memiliki upaya dan harapan membangun dua aspek tadi, spiritualitas dan intelektualitas," ucapnya.

Baca juga: Ganjar Pranowo Ingatkan Bahaya Sentralisasi, Dorong Kemandirian Daerah

Pemilihan pembicara untuk mengisi ceramah di Masjid Kampus UGM dilakukan secara ketat dan melihat berbagai hal.

Bahkan, saat Pilpres atau pun Pilkada, Masjid Kampus UGM tidak mengundang tokoh-tokoh yang mencalonkan diri.

"Tahun lalu, Pak Mahfud, Pak Ganjar, Pak Anies tidak kami undang, karena kami tidak ingin bicara politik praktis. Harus bisa dibedakan politik praktis dengan pendidikan politik. Ini bukti bahwa kami tidak mengajarkan politik praktis bahwa tahun lalu kami tidak mengundang kontestan Pemilu, termasuk kontestan Pilkada," ungkapnya.

Namun demikian, ketika ada pendidikan politik yang disampaikan oleh pembicara dalam mengisi ceramah di Masjid Kampus UGM, Yusuf melihatnya sebagai hal yang wajar.

"Bahwa kemudian ada pendidikan politik dalam materi yang disampaikan pembicara menurut saya wajar dan itu in line dengan harapan kami menjadi satu media membangun nalar kritis," ucapnya.

"Kami sekali lagi dalam memilih pembicara itu berdasarkan kapasitas beliau terhadap topik yang kami usulkan," ujar Ketua Takmir Masjid Kampus UGM Mohamad Yusuf.

Baca juga: Banyak Terjadi PHK Massal, Ganjar: Kita Harus Gercep

Para tokoh yang telah hadir memberikan ceramah yakni Mahfud MD, Anies Baswedan, Seto Mulyadi, dan Ganjar Pranowo.

Kemudian masih ada Menteri Agama Nasaruddin Umar hingga Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria.

Yusuf menyampaikan bahwa sisi ketokohan bukan menjadi pertimbangan yang utama dalam memilih pembicara.

Hal yang paling utama adalah memiliki kapasitas dan relevansi dengan materi yang akan dibawakan.

"Jadi sekali lagi, kami tidak melihat ketokohannya, ketokohan itu nomor sekian, tapi kami melihat kapasitas beliau untuk menyampaikan materi yang kami usulkan, topik yang kami usulkan," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau