GUNUNGKIDUL, KOMPAS.com - Suasana hening terasa di sekitar Pertapaan Kembang Lampir berada di Padukuhan Blimbing, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Di pintu masuk sebelah kanan, tampak sisa-sisa dupa yang menyisakan jejak ziarah para peziarah. Para peziarah dilarang masuk ke pertapaan.
"Sudah 19 bulan ditutup, perintah Ngarso Dalem (Sri Sultan HB X). Tidak boleh naik, kecuali orang berkompeten di sini, misalnya saya bersih-bersih," ungkap Sudadiyono, juru kunci Kembang Lampir, saat ditemui pada Jumat sore (7/2/2025).
Pintu gerbang yang terkunci rapat dengan rantai dan gembok menjadi simbol kesakralan tempat ini.
Di sebelah kanan, terdapat padupan, lokasi ziarah bagi para peziarah yang datang selama penutupan.
Beberapa batang hio masih berdiri tegak sebagai tanda kedatangan orang-orang yang mencari berkah, terutama saat malam Jumat Kliwon, ketika banyak peziarah berkunjung.
Menurut laman resmi Gunungkidulkab.go.id, Kembang Lampir dipercaya sebagai lokasi Ki Ageng Pemanahan melakukan tapa untuk meminta petunjuk wahyu keraton.
Ki Ageng Giring III, saudara Ki Ageng Pemanahan, juga melakukan semedi di tempat lain.
"Kedua keturunan Brawijaya V tersebut melaksanakan petunjuk Sunan Kalijaga dengan berkelana di daerah yang sekarang disebut Gunungkidul," jelas narasumber.
Dalam ritual tersebut, Ki Ageng Pemanahan memperoleh wahyu untuk meminum air kelapa gading yang ditanam Ki Ageng Giring III, yang menandai lahirnya Kerajaan Mataram Islam.
Baca juga: Pesona Air Terjun Madakaripura di Probolinggo, Konon Pertapaan Terakhir Mahapatih Gadjah Mada
Tempat ini kini diakui sebagai lokasi turunnya wahyu yang menjadi dasar Keraton Yogyakarta Hadiningrat dan Keraton Surakarta Hadiningrat.
"Di sini dibangun bangunan permanen oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada tahun 1977," kata Sudadiyono.
Di dalamnya terdapat beberapa tingkatan dan tiga patung penting:
Ki Ageng Pemanahan, Panembahan Senopati, dan Ki Juru Martani.
Hingga kini, meski dengan penutupan yang telah berlalu cukup lama, Kembang Lampir tetap menjadi magnet bagi peziarah, terutama saat malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon.