YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Gizi dari Fakultas Kodokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo memberikan pendapatnya terkait serangga seperti belalang dan ulat sagu bisa menjadi bagian dari menu protein program makan bergizi gratis (MBG).
Sebenarnya, apa kandungan di dalam belalang?
Baca juga: Serangga dan Ulat Bisa Jadi Sumber Protein untuk Makan Bergizi Gratis
Toto menyampaikan, di beberapa wilayah termasuk di Kabupaten Gunungkidul cukup banyak belalang. Bahkan seperti di Gunungkidul belalang juga dikonsumsi dan memiliki rasa yang gurih.
Kelebihan dari belalang, ketika dimasak dengan cara digoreng matang, histamin yang membuat alergi akan hilang.
"Kalau digoreng kering itu ada kelebihan dalam kalsium karena tulang belalang bisa langsung dikonsumsi. Dalam belalang saat dimasak dengan digoreng yang jelas ada kandungan lemak," ucapnya.
Toto mengatakan, belalang termasuk protein hewani yang berfungsi sebagai growth hormone.
Kandungan tersebut bagus untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan yang rusak. Selain itu juga "alat angkut" untuk mineral tertentu di dalam tubuh sehingga tidak kekurangan zat gizi.
"Sebagai alat angkut untuk mineral tertentu di dalam tubuh sehingga tidak kekurangan zat gizi misalnya anemi lalu kekurangan vitamin A, zodium untuk zat pertumbuhan, iu baik-baik saja," tuturnya.
Menurut Toto, belalang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam konteks local wisdom.
Artinya dimanfaatkan di wilayah yang terbiasa mengkonsumsi dan terdapat produksi belalang yang banyak, seperti di wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Baca juga: Ahli Gizi Pertanyakan Rencana Menu Serangga untuk Makan Bergizi Gratis di Daerah Tertentu
"Tetapi itu adalah pada local wisdom, artinya itu mungkin dimanfaatkan ketika wilayah itu ada produksi belalang yang cukup tinggi misalnya Gunungkidul," ucapnya.
Selain belalang, Toto Sudargo menyebut jangkrik dan laron juga bisa dimanfaatkan untuk menu protein. Jangkrik dan laron di beberapa daerah juga lazim dikonsumsi.
Namun sekali lagi Toto Sudargo menegaskan pemanfaatnya untuk daerah yang sudah terbiasa mengkonsumsi jangkrik dan laron.
"Jadi tidak mengada-ada misalnya Jakarta dikirim belalang, tidak seperti itu. Tapi wilayah di mana mereka sudah habitnya atau biasanya mengonsumi itu," tuturnya.
Di sisi lain, Toto Sudargo mengingatkan terkait proses pengolahan. Proses memasak serangga seperti belalang juga harus baik dan benar-benar matang.