Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meningkatnya Kasus Bunuh Diri di Kulon Progo, Dinkes: Tanda Darurat Kesehatan Mental

Kompas.com, 8 November 2024, 06:20 WIB
Dani Julius Zebua,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Dari awal tahun hingga 7 November 2024, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat enam kasus bunuh diri dan delapan percobaan bunuh diri.

Para korban berusia antara 28 hingga 68 tahun, dengan metode yang beragam.

Peningkatan kasus bunuh diri ini, disebut Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami sebagai fenomena gunung es yang mengkhawatirkan.

Baca juga: Perempuan Jatuh dari Lantai 30 Apartemen di Cisauk, Bunuh Diri?

“Peningkatan kasus bunuh diri sudah sangat mengkhawatirkan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami, dalam pesan singkatnya mengenai rekapitulasi kasus bunuh diri, Kamis (7/11/2024) malam.

Ia menambahkan bahwa bunuh diri merupakan fenomena gunung es, di mana kasus yang sebenarnya mungkin lebih banyak daripada yang terungkap.

Sri Budi menyebutkan bahwa perbuatan bunuh diri dipicu oleh berbagai masalah, antara lain:

  • Penyakit kronis yang tidak kunjung sembuh
  • Masalah ekonomi keluarga
  • Riwayat gangguan jiwa
  • Masalah perundungan di tempat kerja

“Dapat dikatakan bahwa masalah depresi menjadi salah satu pemicu peningkatan kasus bunuh diri,” jelasnya.

Baca juga: Sang Ibu Ungkap Momen Pertemuan Terakhir dengan Anaknya yang Bunuh Diri di Mal Bekasi

Dinas Kesehatan Kulon Progo berupaya menekan angka bunuh diri dengan beberapa langkah, termasuk:

  • Meningkatkan skrining kesehatan jiwa pada anak usia sekolah
  • Fokus pada kelompok rentan, seperti calon pengantin, ibu hamil, dan penyandang penyakit kronis
  • Meningkatkan edukasi kesehatan jiwa kepada masyarakat
  • Menambah jumlah tenaga psikolog yang masih sangat kurang
  • Memberikan pendampingan kepada keluarga dengan gangguan jiwa
  • Meningkatkan peran masyarakat dalam kesehatan mental di lingkungan masing-masing

Dua kasus bunuh diri baru-baru ini menghebohkan warga Kulon Progo.

Pada hari ini, polisi menemukan seorang pria tergantung di pohon jati di pinggir Sungai Wudu, Padukuhan Girinyono, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih.

Menurut Triatmi, pihak kepolisian, almarhum diketahui memiliki riwayat depresi dan sering tidur di dekat lokasi kejadian.

“Almarhum pernah memeriksakan penyakit depresinya di puskesmas setempat,” katanya.

Baca juga: Pelajar Lompat dari Roof Top Mal di Bekasi Diduga Bunuh Diri karena Kegagalan

Kasus ini terjadi setelah seorang pemuda ditemukan tewas tergantung di ruang dapur di Kalurahan Margosari, Kapanewon Pengasih, pada Rabu (6/11/2024).

Selain dua kasus gantung diri tersebut, polisi juga pernah menangani kasus bunuh diri lainnya, seperti menabrakkan diri ke kereta dan menggunakan pistol.

Kenaikan kasus bunuh diri ini menandakan perlunya perhatian lebih terhadap kesehatan mental di masyarakat Kulon Progo.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau