YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dunia kuliner Yogyakarta berduka.
Pemilik warung Mangut Lele Mbok Marto Ijoyo berpulang di usia 96 tahun, meninggalkan warisan kuliner yang telah dinikmati berbagai kalangan, dari tokoh nasional hingga artis ternama.
Tiga jam sebelum Mbok Marto meninggal, dia masih menanyakan kondisi dapur kepada salah satu anaknya.
Pawon atau dapur yang biasanya sibuk sejak pagi hari, kini sepi.
Dalam suasana duka ini, dapur yang biasanya ramai dengan aktivitas memasak mangut lele terlihat gelap, tanpa kesibukan seperti biasanya.
Di halaman rumah Mbok Marto, beberapa tenda telah berdiri sejak pagi. Berjejer kursi plastik berwarna biru yang disediakan untuk para pelayat.
Masyarakat sekitar warung berbondong-bondong melayat Mbok Marto, mengenakan busana serba hitam. Beberapa dari mereka tampak menahan tangis.
Jenazah Mbok Marto terbaring di pendopo rumah, lengkap dengan keranda warna hijau dan diiringi lantunan murottal Al-Quran.
Poniman, anak kelima dari enam bersaudara, tampak tegar mengenakan peci saat menemui awak media.
Dalam perbincangan tersebut, Poniman menceritakan bahwa ibunya, Mbok Marto Ijoyo, tidak pernah mengeluh sakit.
Bahkan, sebelum ajal menjemput, Mbok Marto sempat menanyakan pekerjaan dapur kepadanya.
"Dia itu selalu tanya itu terus (pekerjaan dapur), keinginannya kerja dan kerja. Jam satu pagi saya cek di kamarnya dan bilang 'Pon, kok aku yahene ora dikei gawean? Endi lombok e?' (Pon, jam segini kok tidak dikasih kerjaan, mana cabainya?). Saya bilang, mbok, ini sudah jam 1 pagi, istirahat dulu dan terus tidur," ucap Poniman.
Poniman juga menceritakan bahwa pada pukul 04.30 WIB, Mbok Marto sempat merintih dan tidak lama kemudian ia berpulang.
"Lalu setengah lima itu aduh-aduh, dan meninggal dunia. Jadi beliau dipanggil dengan tenang, dengan mudah," tambahnya.
Di usia 96 tahun, Mbok Marto tidak pernah mengeluh sakit.
"Gerah sepuh (sakit karena usia tua) sudah beberapa bulan. Sebulan terakhir kita ajak ke warung saat ada mbak Soimah dan Gusti Yudhaningrat. (Badan Mbok Marto) ngedrop seminggu ini," ujarnya.
Poniman menuturkan, selama ini ibunya tidak memiliki riwayat penyakit berat.
"Kalau makan tidak ada pantangan," imbuhnya.
"Dimakamkan siang ini di (TPU) dekat dapur utama, hanya dua meter dari dapur utama," ujar Poniman.
Baca juga: Leonardus Santosa: Musisi Legendaris NTT yang Tak Pernah Kenal Henti
Dia juga bercerita bahwa kondisi kesehatan ibunya menurun selama tiga hari terakhir, dan bahkan selama tiga hari itu Mbok Marto tidak mau makan.
"Beliau tidak mau makan sudah tiga hari, tapi kalau masalah aktivitas dia tanya terus. Tiga hari ngedrop lalu meninggal pagi tadi," ucap Poniman.
"Simbok itu saya anggap sebagai guru, orang tua, penyemangat dan orang yang disiplin," pungkasnya.
Kehilangan Mbok Marto Ijoyo tidak hanya menjadi duka bagi keluarganya, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Yogyakarta yang mengenal dan mencintai warung Mangut Lele yang telah menjadi bagian dari sejarah kuliner kota ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang