Editor
KOMPAS.com - Rumah Joglo adalah rumah adat bergaya Jawa yang banyak ditemui di wilayah Provinsi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dikutip dari laman Gramedia, penamaan rumah joglo berasal dari kata ‘tajug loro’ (juglo) yang bermakna dua gunung yang merujuk pada bentuk atapnya.
Baca juga: Rumah Joglo dan Konstruksi Kebudayaan Jawa
Seperti diketahui, gunung dalam filosofi Jawa merupakan tempat yang tinggi dan dianggap sakral.
Seiring berjalannya waktu, penyebutan juglo kemudian berubah menjadi joglo seperti yang dikenal saat ini.
Baca juga: Kisah Suwardi Merawat Sendiri Rumah Joglo Berusia 250 tahun
Pada masa lalu, bangunan rumah berarsitektur tradisional Jawa ini identik dengan kediaman para bangsawan atau kaum terpandang.
Sehingga rumah joglo selalu dianggap sebagai penanda status sosial bagi pemilik atau penghuninya.
Namun kemudian rumah joglo yang memiliki arsitektur khas ini dapat dibangun oleh semua kalangan.
Baca juga: Sejarah dan Filosofi Rumah Joglo
Selain pada bagian atap, ciri-ciri rumah joglo adalah keberadaan empat buah tiang (saka) yang berada di tengah yang biasa disebut saka guru.
Lebih lanjut, bagian dari rumah joglo kerap berkaitan dengan nilai-nilai filosofi Jawa.
Seperti adanya hierarki atau tingkatan dalam struktur rumah di mana bagian depan rumah memiliki sifat umum atau sosial, sedangkan bagian belakang memiliki sifat yang khusus atau privat.
Oleh karena itu, akses untuk masuk ke bagian dalam atau belakang rumah hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja.
Lebih lanjut, berikut adalah beberapa bagian rumah joglo lengkap dengan penjelasannya.
Ruangan pendopo rumah joglo berada di bagian depan dan digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan formal.
Pringitan ruangan yang ada di antara pendopo dan ruang bagian dalam atau biasa disebut dengan omah njero.
Selain itu, ada juga bagian emperan yang merupakan ruangan antara area pringitan dan omah njero.