Soal Dugaan Mahasiswa Undip Semarang Alami Keracunan Saat Ospek, BEM: Banyak yang Diare

KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa peserta orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, alami keracunan makanan, Kamis (15/8/2024).

Sebagian mahasiswa segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit (RS) Roemani Muhammadiyah Semarang.

Pihak rumah sakit menyebut para mahasiswa yang diduga keracunan itu datang sekitar pukul 12.00 Wib. Lalu jumlah mahasiswa yang datang semakin bertambah banyak. 

Baca juga: Mahasiswa Undip Keracunan Usai Santap Nasi Ayam, Jumlahnya Belum Diketahui

"Sebelum dzuhur sudah ada yang masuk sampai sore ini. Kalau untuk masuk berurutan jadi kami melihat sebelum dzuhur sudah ada yang masuk sampai sore ini," jelas Humas RS Roemani Muhammadiyah Semarang Sigit Budiarto. 

Baca juga: Mahasiswi Undip Tewas di Kos, PB IDI Dorong Pembentukan Pusat Trauma

Komentar BEM 

Sementara itu, Kabid Sospol Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Vokasi Undip, Hanendito Bagas, menjelaskan, hingga Kamis malam masih banyak mahasiswa jalani perawatan karena diare. 

"Sekarang itu kan hari kedua kemarin itu hari pertama pendidikan karakter. Nah setelah acara itu banyak yang diare. itu juga sempat dihimpun teman-teman yang kena diare itu ada berapa orang, di-list," katanya kepada Kompas.com. 

Baca juga: Menkes Ungkap Junior Peserta Didik Anestesi Undip Diintimidasi Senior, Dilarang Bicara Kasus Perundungan

Bagas menambahkan, saat itu konsumsi yang dikonsumsi saat makan siang para peserta ospek adalah nasi ayam.

Pihaknya juga telah mengganti menu konsumsi untuk peserta ospek. Dirinya juga berencana akan menanyakan kejadian itu kepada pihak birokrasi kampus. 

"Nanti setelah dihimpun data-datanya coba kita tanyakan ke birokrasi mengenai penyebab mengapa bisa begini," katanya. 

"Sebenarnya kita ini juga janggal sih apalagi sampai teman-teman masuk rumah sakit. Apalagi perguruan tinggi sekelas Undip, kok bisa kelalaian yang bisa menyebabkan orang-orang pada diare," pungkasnya. 

(Penulis: Muchamad Dafi Yusuf | Editor: Krisiandi)