YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menunggu realisasi rekayasa cuaca berupa hujan buatan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Diketahui, hujan buatan tersebut diperlukan untuk mengatasi kekeringan di DIY.
Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad mengatakan, untuk melakukan rekayasa cuaca berupa hujan buatan harus melibatkan dua pihak yakni BNPB dan BMKG.
Namun, saat ini keduanya sedang fokus untuk melakukan rekayasa cuaca di ibu kota nusantara (IKN).
"Belum (dilakukan rekayasa cuaca di DIY) karena dari BNPB dan BMKG dan sekarang prioritasnya baru di IKN ini," ujarnya saat dihubungi, Selasa (13/8/2024).
Baca juga: Boyolali Siaga Darurat Kekeringan dan Kebakaran Hutan Lahan, 11 Kecamatan Terdampak, Mana Saja?
Baca juga: Kekeringan di Banyumas Meluas, 9.652 Jiwa Krisis Air Bersih, Daerah Mana Saja?
TNI Angkatan Udara (AU) mengerahkan satu pesawat Casa NC-212i untuk memodifikasi cuaca hujan buatan di kawasan Jabodetabek. Pesawat itu diterbangkan dari Skadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang dan telah melakukan teknologi modifikasi cuaca cuaca (TMC) hujan buatan sejak Kamis (24/8/2023). Kegiatan TMC dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.Ia menambahkan, rekayasa cuaca masih fokus di IKN lantaran menjelang hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang.
"Jadi modifikasi cuaca masih fokuskan di IKN menjelang 17 Agustus, jadi kita masih menunggu," kata dia.
Oleh sebab itu lanjut dia, pihaknya belum mengetahui kapan realisasi hujan buatan di DIY untuk menanggulangi dampak kekeringan di DIY.
"Kita belum tahu (kapan) karena itu kan kita minta ke BNPB dan mereka yang menentukan apakah DIY masuk prioritas atau bukan," kata dia.
"Kita kan sifatnya mengusulkan," imbuh dia.
Baca juga: Puncak Kemarau, 30 Daerah di Jateng Tetapkan Siaga Darurat Kekeringan
Saat ini wilayah yang membutuhkan hujan buatan di DIY adalah Kabupaten Gunungkidul, karena sudah terdampak kekeringan.
Dikhawatirkan kekeringan dapat berdampak pada sawah di Gunungkidul, di mana sawahnya bertipe tadah hujan.
"Satu wilayah itu di Gunungkidul, karena yang sudah mulai agak terdampak terkait juga dengan gagal panen karena di Gunungkidul banyak sawah tadah hujan, sementara ketika nggak hujan maka pertaniannya terancam gagal (panen)," jelasnya.
Menurutnya, untuk merealisasikan hujan buatan dibutuhkan anggaran yang besar.